Tampilkan postingan dengan label artikel. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label artikel. Tampilkan semua postingan

Minggu, 18 Agustus 2013

Mengenal Bagian Otak untuk Optimalisasi Kecerdasan

Setiap manusia dibekali oleh Allah SWT kemampuan untuk berfikir sebagai pembeda antara manusia dan hewan. Dengan itulah manusia berkreasi dan selalu melakukan inovasi perkembangan sehingga budaya dan peradaban manusia selalu berubah-ubah setiap zamannya.

Orang yang tidak mengenal fungsi otaknya sendiri akan fatal disebabkan terlindas oleh zaman yang selalu mengalami kemajuan khususnya di bidang peralatan dan teknologi. Oleh sebab itu penting untuk diketahui mengenai anatomi bagian otak kita.


Otak Kiri dan Otak Kanan



Secara garis besar otak manusia dibagi menjai dua bagian, yaitu otak kiri (left side of brain) dan otak kanan (right side of brain).

Seperti terlihat pada gambar, perbedaan fungsi dari otak kiri dan otak kanan itu adalah sebagai berikut:

Otak Kanan (Anggota badan lebih dominan ke sebelah kiri)
  • Creativity= Orang yang cenderung lebih ke otaknya sebelah kanan dia memiliki kreativitas yang sangat tinggi, lebih agresif/ tidak senang diam
  • - Music= Dia suka berimajinasi, melamun dan menghayal dan bakatnya dalam seni suara dan not-not irama sangat peka.
  • Spatial Orientation= Berorientasi pada ruangan, dia suka menata ruang yang nyaman untuk bekerja, tidak suka berantakan dan lebih menyukai kerapihan.
  • Atistic Awareness= Kesadaran di bidang seni gambar, berimajinasi pada bidang seni lukis
Otak Kiri (Anggota badan lebih dominan ke sebelah kanan)
  • Spoken Language= Dia lebih senang berbicara, bila dikembangkan akan memiliki kecerdasan dalam bidang kebahasaan.
  • Reasoning= Memiliki penalaran yang sangat baik, dia lebih suka berfikir secara urut dan sistematis. Cirinya dia suka permainan yang bersifat fikiran.
  • Number Skill= Dia sukanya bermain angka memiliki kemampuan logical mathematic yang sangat baik, bila disuruh menghitung akan cepat.
  • Written language= Dia mempunyai kemampuan menulis yang sangat baik sehingga apabila dikembangkan akan menjadi penulis yang hebat. 

Setiap orang akan memiliki dominan ke otak kiri atau ke otak kanannya, dan hal ini sangat perlu kita ketahui dimanakah sebenarnya potensi kita?. Sebab perbedaan fungsi ke dua otak tersebut dapat membentuk sifat, karakter dan kemampuan kita dan hal inilah yang membuat setiap orang berbeda.

Bila dilihat dari samping, maka otak manusia akan terlihat seperti gambar di bawah ini:



Otak besar atau cerebrum yang merupakan bagian terbesar dari otak manusia adalah bagian yang memproses semua kegiatan intelektual, seperti kemampuan berpikir, menalarkan, mengingat, membayangkan, serta merencanakan masa depan.

Otak besar dibagi menjadi belahan kiri dan belahan kanan, atau yang lebih dikenal dengan Otak Kiri dan Otak Kanan. Masing-masing belahan mempunyai fungsi yang berbeda. Otak kiri berfungsi dalam hal-hal yang berhubungan dengan logika, rasio, kemampuan menulis dan membaca, serta merupakan pusat matematika. Beberapa pakar menyebutkan bahwa otak kiri merupakan pusat Intelligence Quotient (IQ).

Sementara itu otak kanan berfungsi dalam perkembangan Emotional Quotient (EQ). Misalnya sosialisasi, komunikasi, interaksi dengan manusia lain serta pengendalian emosi. Pada otak kanan ini pula terletak kemampuan intuitif, kemampuan merasakan, memadukan, dan ekspresi tubuh, seperti menyanyi, menari, melukis dan segala jenis kegiatan kreatif lainnya.

Belahan otak mana yang lebih baik? Keduanya baik. Setiap belahan otak punya fungsi masing-masing yang penting bagi kelangsungan hidup manusia. Akan tetapi, menurut penelitian, sebagian besar orang di dunia hidup dengan lebih mengandalkan otak kirinya. Hal ini disebabkan oleh pendidikan formal (sekolah dan kuliah) lebih banyak mengasah kemampuan otak kiri dan hanya sedikit mengembangkan otak kanan.

Orang yang dominan otak kirinya, pandai melakukan analisa dan proses pemikiran logis, namun kurang pandai dalam hubungan sosial. Mereka juga cenderung memiliki telinga kanan lebih tajam, kaki dan tangan kanannya juga lebih tajam daripada tangan dan kaki kirinya. Sedangkan orang yang dominan otak kanannya bisa jadi adalah orang yang pandai bergaul, namun mengalami kesulitan dalam belajar hal-hal yang teknis.

Ada banyak cara untuk mengetahui apakah seseorang dominan otak kanan atau dominan otak kiri. Misalnya dengan melihat perilaku sehari-hari, cara berpakaian, dengan mengisi kuisioner yang dirancang khusus atau dengan peralatan Electroencephalograph yang bisa mengamati bagian otak mana yang paling aktif.

Disekitar Anda pastinya ada orang yang pandai dalam ilmu pengetahuan, tapi tidak pandai bergaul. Sebaliknya ada orang yang pandai bergaul, tapi kurang pandai di sekolahnya. Keadaan semacam ini disebabkan oleh ketidakseimbangan antara otak kanan dan otak kiri.

Idealnya, otak kiri dan otak kanan haruslah seimbang dan semuanya berfungsi secara optimal. Orang yang otak kanan dan otak kirinya seimbang, maka dia bisa menjadi orang yang cerdas sekaligus pandai bergaul atau bersosialisasi.

Otak Anda mengendalikan semua fungsi tubuh Anda. Otak merupakan pusat dari keseluruhan tubuh Anda. Jika otak Anda sehat, maka akan mendorong kesehatan tubuh serta menunjang kesehatan mental Anda. Sebaliknya, apabila otak Anda terganggu, maka kesehatan tubuh dan mental Anda bisa ikut terganggu.

Seandainya jantung atau paru-paru Anda berhenti bekerja selama beberapa menit, Anda masih bisa bertahan hidup. Namun jika otak Anda berhenti bekerja selama satu detik saja, maka tubuh Anda mati. Itulah mengapa otak disebut sebagai organ yang paling penting dari seluruh organ di tubuh manusia.

Selain paling penting, otak juga merupakan organ yang paling rumit. Membahas tentang anatomi dan fungsi otak secara detail bisa memakan waktu berhari-hari. Oleh karena itu disini kita akan membahas anatomi dan fungsi otak secara garis besarnya saja sekedar membuat Anda paham bagian-bagian dan fungsi otak Anda sendiri.






Seperti terlihat pada gambar di atas, otak dibagi menjadi empat bagian, yaitu:
  • Cerebrum (Otak Besar)
  • Cerebellum (Otak Kecil)
  • Brainstem (Batang Otak)
  • Limbic System (Sistem Limbik)
1. Cerebrum (Otak Besar)
Cerebrum adalah bagian terbesar dari otak manusia yang juga disebut dengan nama Cerebral Cortex, Forebrain atau Otak Depan. Cerebrum merupakan bagian otak yang membedakan manusia dengan binatang. Cerebrum membuat manusia memiliki kemampuan berpikir, analisa, logika, bahasa, kesadaran, perencanaan, memori dan kemampuan visual. Kecerdasan intelektual atau IQ Anda juga ditentukan oleh kualitas bagian ini.
Cerebrum secara terbagi menjadi 4 (empat) bagian yang disebut Lobus. Bagian lobus yang menonjol disebut gyrus dan bagian lekukan yang menyerupai parit disebut sulcus. Keempat Lobus tersebut masing-masing adalah: Lobus Frontal, Lobus Parietal, Lobus Occipital dan Lobus Temporal.
Lobus Frontal merupakan bagian lobus yang ada dipaling depan dari Otak Besar. Lobus ini berhubungan dengan kemampuan membuat alasan, kemampuan gerak, kognisi, perencanaan, penyelesaian masalah, memberi penilaian, kreativitas, kontrol perasaan, kontrol perilaku seksual dan kemampuan bahasa secara umum.
Lobus Parietal berada di tengah, berhubungan dengan proses sensor perasaan seperti tekanan, sentuhan dan rasa sakit.
Lobus Temporal berada di bagian bawah berhubungan dengan kemampuan pendengaran, pemaknaan informasi dan bahasa dalam bentuk suara.
Lobus Occipital ada di bagian paling belakang, berhubungan dengan rangsangan visual yang memungkinkan manusia mampu melakukan interpretasi terhadap objek yang ditangkap oleh retina mata.
Apabila diuraikan lebih detail, setiap lobus masih bisa dibagi menjadi beberapa area yang punya fungsi masing-masing, seperti terlihat pada gambar di bawah ini.







Selain dibagi menjadi 4 lobus, cerebrum (otak besar) juga bisa dibagi menjadi dua belahan, yaitu belahan otak kanan dan belahan otak kiri. Kedua belahan itu terhubung oleh kabel-kabel saraf di bagian bawahnya. Secara umum, belahan otak kanan mengontrol sisi kiri tubuh, dan belahan otak kiri mengontrol sisi kanan tubuh. Otak kanan terlibat dalam kreativitas dan kemampuan artistik. Sedangkan otak kiri untuk logika dan berpikir rasional. Mengenai fungsi Otak Kanan dan Otak Kiri sudah kami bahas pada halaman tersendiri. Anda bisa membacanya dengan klik disini.

2. Cerebellum (Otak Kecil)
Otak Kecil atau Cerebellum terletak di bagian belakang kepala, dekat dengan ujung leher bagian atas. Cerebellum mengontrol banyak fungsi otomatis otak, diantaranya: mengatur sikap atau posisi tubuh, mengkontrol keseimbangan, koordinasi otot dan gerakan tubuh. Otak Kecil juga menyimpan dan melaksanakan serangkaian gerakan otomatis yang dipelajari seperti gerakan mengendarai mobil, gerakan tangan saat menulis, gerakan mengunci pintu dan sebagainya.

Jika terjadi cedera pada otak kecil, dapat mengakibatkan gangguan pada sikap dan koordinasi gerak otot. Gerakan menjadi tidak terkoordinasi, misalnya orang tersebut tidak mampu memasukkan makanan ke dalam mulutnya atau tidak mampu mengancingkan baju.

3. Brainstem (Batang Otak)
Batang otak (brainstem) berada di dalam tulang tengkorak atau rongga kepala bagian dasar dan memanjang sampai ke tulang punggung atau sumsum tulang belakang. Bagian otak ini mengatur fungsi dasar manusia termasuk pernapasan, denyut jantung, mengatur suhu tubuh, mengatur proses pencernaan, dan merupakan sumber insting dasar manusia yaitu fight or flight (lawan atau lari) saat datangnya bahaya.
Batang otak dijumpai juga pada hewan seperti kadal dan buaya. Oleh karena itu, batang otak sering juga disebut dengan otak reptil. Otak reptil mengatur “perasaan teritorial” sebagai insting primitif. Contohnya anda akan merasa tidak nyaman atau terancam ketika orang yang tidak Anda kenal terlalu dekat dengan anda.

Batang Otak terdiri dari tiga bagian, yaitu:
Mesencephalon atau Otak Tengah (disebut juga Mid Brain) adalah bagian teratas dari batang otak yang menghubungkan Otak Besar dan Otak Kecil. Otak tengah berfungsi dalam hal mengontrol respon penglihatan, gerakan mata, pembesaran pupil mata, mengatur gerakan tubuh dan pendengaran.

Medulla oblongata adalah titik awal saraf tulang belakang dari sebelah kiri badan menuju bagian kanan badan, begitu juga sebaliknya. Medulla mengontrol funsi otomatis otak, seperti detak jantung, sirkulasi darah, pernafasan, dan pencernaan.

Pons merupakan stasiun pemancar yang mengirimkan data ke pusat otak bersama dengan formasi reticular. Pons yang menentukan apakah kita terjaga atau tertidur.

Catatan: Kelompok tertentu mengklaim bahwa Otak Tengah berhubungan dengan kemampuan supranatural seperti melihat dengan mata tertutup. Klaim ini ditentang oleh para ilmuwan dan para dokter saraf karena tidak terbukti dan tidak ada dasar ilmiahnya.


4. Limbic System (Sistem Limbik)


Sistem limbik terletak di bagian tengah otak, membungkus batang otak ibarat kerah baju. Limbik berasal dari bahasa latin yang berarti kerah. Bagian otak ini sama dimiliki juga oleh hewan mamalia sehingga sering disebut dengan otak mamalia. Komponen limbik antara lain hipotalamus, thalamus, amigdala, hipocampus dan korteks limbik. Sistem limbik berfungsi menghasilkan perasaan, mengatur produksi hormon, memelihara homeostasis, rasa haus, rasa lapar, dorongan seks, pusat rasa senang, metabolisme dan juga memori jangka panjang.

Bagian terpenting dari Limbik Sistem adalah Hipotalamus yang salah satu fungsinya adalah bagian memutuskan mana yang perlu mendapat perhatian dan mana yang tidak. Misalnya Anda lebih memperhatikan anak Anda sendiri dibanding dengan anak orang yang tidak Anda kenal. Mengapa? Karena Anda punya hubungan emosional yang kuat dengan anak Anda. Begitu juga, ketika Anda membenci seseorang, Anda malah sering memperhatikan atau mengingatkan. Hal ini terjadi karena Anda punya hubungan emosional dengan orang yang Anda benci.

Sistem limbik menyimpan banyak informasi yang tak tersentuh oleh indera. Dialah yang lazim disebut sebagai otak emosi atau tempat bersemayamnya rasa cinta dan kejujuran. Carl Gustav Jung menyebutnya sebagai "Alam Bawah Sadar" atau ketidaksadaran kolektif, yang diwujudkan dalam perilaku baik seperti menolong orang dan perilaku tulus lainnya. LeDoux mengistilahkan sistem limbik ini sebagai tempat duduk bagi semua nafsu manusia, tempat bermuaranya cinta, penghargaan dan kejujuran.

Minggu, 19 Mei 2013

Makalah Perkembangan Anak Prasekolah | Artikel Pendidikan

Dewasa ini semakin banyak lembaga pendidikan untuk anak-anak yang menawarkan keterampilan “plus” dalam penyelenggaraan pendidikannya, dengan metode pengajaran yang mereka tawarkan sangat beragam. Menyikapi kondisi itu, tak sedikit para orang tua ikut tergiur dengan penawaran tersebut, sehingga hukum demand dan supply pun berlaku. Kendati mengklaim bertujuan untuk mendidik generasi penerus bangsa, namun tak pelak unsur bisnis pun muncul (Suryobroto, 1994 : 5-22). Implikasinya, lembaga dan orangtua terlampau mengharapkan dan menargetkan anak-anak agar menguasai kepandaian tertentu, misalnya anak harus pandai membaca, menulis, berhitung, menggambar dengan baik, berbahasa asing (Inggris, Arab, dan lain-lain) dengan pengawasan yang sangat ketat, padahal kemampuan anak-anak sangat berbeda. Untuk anak yang kurang mampu akan membuat frustrasi dan hilang semangat belajar. Kalaupun anak mampu memenuhi harapan orang tua yang kemudian orang tua menjadi bangga karenanya, maka kebanggaan orang tua itu belum tentu merupakan panggilan hati dan kesenangan anak-anak. Situasi pendidikan seperti inilah yang membuat psikologis anak tidak sehat.

Memanfaatkan momen “memberi yang terbaik” untuk anak-anak, banyak media bermunculan yang bertemakan pendidikan anak, seperti majalah Bobo, si Kancil, Anakku, Anak Shalel, ayah Bunda, juga sering ada program yang menawarkan seminar, ceramah, diskusi atau kursus bagaimana mendidik anak yang efektif melalui media cetak maupun elektronik. Demikian pula perusahaan permainan anak-anak ikut berlomba menawarkan produknya karena memahami bahwa orang tua tidak akan menolak permintaan anak, meskipun kadang-kadang alat-alat permainan tersebut kurang mempunyai nilai edukatif.

Dari sekian banyak tawaran tersebut agaknya cukup menyadarkan para orangtua, terutama pasangan muda di kota, akan pentingnya arti stimulasi dan perhatian orang tua terhadap anak usia dini, sehingga tidak sedikit mereka harus menghabiskan uang, tenaga, dan pikiran demi kualitas anak-anak mereka. Tuliskan singkat yang berbentuk makalah ini bermaksud untuk meninjau secara psikologis mengenai pendidikan anak pra-sekolah.

Pengertian Anak Prasekolah 
Sampai abad XVIII masih berkembang anggapan bahwa anak adalah orang dewasa dalam bentuk kecil, terutama di Eropa, dimana kondisi ekonomi di sana memungkinkan agar anak tidak terlalu lama tergantung kepada orangtua. Berdasarkan anggapan itu maka implikasinya, perlakuan dan harapan orangtua terhadap anak sama dengan perlakuan dan harapan terhadap orang dewasa. Hal ini terlihat misalnya dalam memberi perhatian, memenuhi kebutuhan pokok, atau menargetkan kepandaian yang sama dari anak kecil dan orang dewasa. Perlakuan dan harapan terhadap anak karena kesalahan mempersempit perkembangan anak, ini akan menimbulkan masalah psikologis di kemudian hari pada perkembangan emosi, sosial, moral, kognisi anak tersebut.

Oleh karena itu, anak harus dipandang sebagai individu yang berbeda dengan orang dewasa. Anak bukan orang dewasa kecil karena anak memiliki kemampuan, kekuatan, pengalaman dan penghayatan yang berbeda dengan orang dewasa dalam memandang dunia. Anak memiliki dunia sendiri yang berbeda dengan dunia orang dewasa.

Dari sisi pedagogis usia anak terbagi menjadi dua bagian, anak pra-sekolah usia 3 - 6 tahun dan akan sekolah 7 – 12 tahun (Biecher dan Snowman, 1993:8). Anak usia pra-sekolah umumnya mengikuti program penitipan anak (Day Care) usia 3 sampai 5 tahun, program kelompok bermain (Play Groups) usia 3 - 4 tahun, dan program Taman Kanak-kanak (Kindergarten).

Pada kaitan ini, seiring dengan kemajuan emansipasi perempuan, lembaga pendidikan anak pra-sekolah sehari penuh (fullfay) menjadi trend di kota besar. Menurut mereka, lembaga penitipan anak seperti ini jauh lebih beruntung daripada anak-anak diasuh oleh pembantu rumah tangga di rumah, selain karena semakin sulitnya mencari tenaga pembantu rumah tangga, juga anak-anak tidak memperoleh pendidikan dari para pembantu yang umumnya kurang melek terhadap pendidikan. Mereka rela membayar berapapun demi anak-anak mereka. Namun demikian, perlu dicermati, apakah anak-anak merasa cukup menikmati model pendidikan seperti ini, atau bahkan anak-anak merasa jenuh dan lelah. Apapun model pendidikan, seyogyanya bukan berdasarkan kepentingan orangtua secara sepihak.

Perkembangan anak Prasekolah
Perkembangan Fisik 
Pada saat anak mencapai usia prasekolah (3-6 tahun) terdapat ciri yang jelas yang membedakan antara usia bayi dan usia anak pra-sekolah. Perbedaan ini dapat terlihat dalam penampilan, proporsi tubuh, berat dan tinggi badan maupun keterampilan yang mereka kuasai. Pada anak usia pra-sekolah telah tampak otot-otot tubuh yang berkembang dan memungkinkan bagi mereka untuk melakukan keterampilan. Semakin usia bertambah, perbandingan bagi tubuh anak akan berubah, sehingga anak memiliki keseimbangan di tungkai bagian bawah.

Gerakan anak pra-sekolah lebih terkendali dan terorganisasi dalam pola-pola seperti; menegakkan tubuh dalam posisi berdiri, tangan dapat terjuntai dengan santai, mampu mengalahkan kaki dengan menggerakkan tungkai dan kaki. Terbentuknya tingkah laku ini, memungkinkan anak merespon pelbagai situasi. Pertumbuhan gigi anak pra-sekolah mencapai 20 buah dimana gigi susu akan tanggal pada akhir usia pra-sekolah dan gigi susu akan tanggal pada akhir usia prasekolah dan gigi permanen tidak akan tumbuh sebelum anak berusia 6 tahun. Otot dan sistem tulang akan terus berkembang sejalan dengan usia mereka. Kepala dan otot anak pra-sekolah telah mencapai ukuran orang dewasa. Demikian pula jaringan saraf mereka berkembang mengikuti pertumbuhan ototnya. Anak pra-sekolah membutuhkan kondisi kondusif untuk berkembang sehingga motorik, bahasa, sosial, kreativitas, emosi kognisi dan moral mereka akan berkembang dengan optimal.

Perkembangan Motorik.
Perkembangan motorik anak merupakan proses memperoleh keterampilan dan pola gerakan yang diperlukan untuk mengendalikan tubuh anak. Ada dua macam keterampilan motorik yaitu keterampilan koordinasi otot halus, dan keterampilan koordinasi oto kasar (Milles dan Browne, 1994:280). Keterampilan koordinasi otot halus biasanya dipergunakan dalam kegiatan motorik di dalam ruangan, sedangkan keterampilan koordinasi otot kasar dilaksanakan di luar ruangan karena mencakup kegiatan gerak seluruh tubuh atau sebagian besar tubuh. Dengan menggunakan bermacam-macam koordinasi kelompok otot tertentu, anak dapat belajar untuk merangkak, melempar atau meloncat. Koordinasi keseimbangan, ketangkasan, kelenturan, kekuatan kecepatan, dan ketahanan merupakan kegiatan motorik kasar. Sedangkan motorik halus merupakan kegiatan yang menggunakan otot halus pada kaki dan tangan. Gerakan ini memerlukan kecepatan, ketepatan, keterampilan menggerakkan, seperti menulis, menggambar, menggunting, melipat atau memainkan piano.

Seefell (Verna, 1986:144) menggolongkan keterampilan motorik menjadi tiga bagian sebagai berikut :
(1) Keterampilan Lokomotorik, terdiri atas : keterampilan berjalan, berlari, melompat, berderap, meluncur, berguling-guling, berhenti, mulai berjalan, menjatuhkan diri dan mengelak.
(2) Keterampilan Non Lokomotorik, yaitu menggerakkan bagian tubuh dengan posisi diam di tempat seperti : berayun, merentang, berbelok, mengangkat, bergoyang, melengkung, memeluk, menarik, dan memutar.
(3) Keterampilan memproyeksi dan menerima, menggerakkan dan menangkap benda seperti : menangkap, menarik, menggiring, melempar, menendang, memukul, dan melambung.

Keterampilan motorik sebagaimana tersebut di atas memerlukan latihan-latihan. Latihan untuk keterampilan motorik halus misalnya dengan kegiatan menggambar, melipat, menyusun, mengelompokkan, membentuk, melipat atau menggunting. Latihan untuk keterampilan motorik kasar dengan cara menangkap (bola), menendang, meloncat, melempar atau melompat.

Perkembangan Bahasa
Kemampuan anak dalam memahami bahasa orang lain masih terbatas. Anak pra-sekolah hanya memahami bahasa dari persepsi dirinya sendiri dan akselerasi perkembangan bahasa anak terjadi sebagai hasil perkembangan fungsi simbolis. Apabila fungsi simbolis telah berkembang, akan memperluas kemampuan memecahkan persoalan dengan belajar dari bahasa orang lain.

Menurut Witon & Mallon (1981:118), bahasa merupakan bentuk utama dalam mengekspresikan pikiran dan pengetahuan jika anak mengadakan hubungan dengan orang lain. Anak yang sedang tumbuh kembang mengkomunikasikan kebutuhan, pikiran dan perasaan melalui bahasa dengan kata-kata yang mempunyai makna.

Berbahasa menghasilkan bunyi verbal. Kemampuan mendengar dan membuat bunyi verbal merupakan hal utama untuk menghasilkan bicara. Kemampuan bicara anak meningkat melalui pengucapan suku kata yang berbeda-beda yang diucapkan anak secara jelas. Kemampuan bicara ini akan lebih baik lagi bila anak memberi arti kata-kata baru, menggabungkan kata-kata baru, memberikan pernyataan atau pertanyaan. Semua ini merupakan penggabungan proses bicara, kreativitas dan berpikir.

Berfikir adalah awal berbahasa, dan berfikir lebih luas dari bahasa. Kendatipun demikian, berfikir tidak tergantung pada bahasa, meskipun bahasa dapat membantu perkembangan berfikir. Bahasa dapat mengarahkan perhatian anak terhadap objek-objek atau hubungan-hubungan dalam lingkungan, memperkenalkan mereka pada perbedaan cara pandang dan menanamkan informasi abstrak. Bahasa adalah salah satu alat dalam berfikir. Hal ini sebagaimana Wentsch (dalam Miller) menjelaskan, Although thching is not dependet on language, language can aid cognitive development. Language can direct children’s attention to new objects or relationship in the environment, introduce them to conflicting point of view, and impart abstract information that is not easily acquired directly. Language is one of mana tools in our cognitive toolkit (Patricia, 1993:53)

Menurut Vygostsky (Dworetzky, 1990:275) ada tiga tahap perkembangan bicara anak yang menentukan tingkat perkembangan berfikir dengan bahasa, yaitu tahap eksternal, egosentris dan internal. Tahap eksternal di mana sumber berfikir anak dalam berbahasa datang luar dirinya, misalnya saat ibunya mengajukan pertanyaan kepada anak, lalu anak berfikir untuk menjawabnya. Tahap egosentris di mana pembicaraan orang tidak lagi menjadi persyaratan awal terjadinya proses berfikir dan berbahasa. Tahap internal di mana anak menghayati sepenuhnya proses berfikir tanpa ada orang lain yang menuntutnya.

Perkembangan Sosial
Perkembangan sosial anak akan berjalan seiring dengan pertambahan usia di mana anak mempunyai kebutuhan untuk bergaul dan berinteraksi dengan dunia yang lebih luas, yang sebelumnya terbatas dalam tataran lingkungan keluarga. Untuk keperluan pergaulan ini anak membina hubungan dengan orang dewasa, membina hubungan dengan orang lain, membina hubungan dengan kelompok sebaya dan membina diri sebagai individu.

Pengenalan anak terhadap lingkungan di luar rumah akan membantu anak yang baru memasuki pendidikan pra-sekolah untuk lebih mampu beradaptasi dengan lingkungan luar rumah memberi pengalaman kepada anak untuk mengenal aturan-aturan yang berbeda dengan lingkungan rumah, menemukan teman yang tidak memberi perhatian, mengalami sendiri bagaimana harus mengalah kepada orang lain, mengalami sendiri bagaimana harus mengikuti aturan-aturan sosial.

Pengalaman berinteraksi di luar rumah merupakan satu tahap membangun kemampuan menyesuaikan diri. Ketidak mampuan anak untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan baru, akan menyebabkan anak merasa terganggu mentalnya. Kondisi mental seperti ini sering terwujud dalam tindakan seperti mengompol, menangis, menjerit saat tidur, gelisah, selalu ingin ke belakang, tidak bergairah dan tidak senang berlama-lama berada dalam lingkungan luar rumah.

Menyadari akan pentingnya perkembangan sosial anak, maka perlu ada bimbingan dan latihan dari orangtua maupun guru untuk mencapai perkembangan sosial yang sehat. Perkembangan sosial yang sehat menurut Karen Horney (Mesta, 1999:25-29) terwujud dalam moving toward other, moving againts other dan moving away other secara fleksibel dan seimbang.

Perkembangan Kreativitas
Kreativitas merupakan kemampuan untuk menciptakan gagasan baru yang asli dan imajinatif berdasarkan gagasan yang sudah ada. Menurut Gordon & Browne, apabila ingin mengembangkan kreativitas anak, guru harus membantu anak untuk mengembangkan fleksibilitas dan menggunakan imajinasi, kesediaan untuk mengambil risiko, menggunakan diri sendiri sebagai sumber dan pengalaman belajar.

Cara untuk mengembangkan fleksibilitas adalah dengan perlakuan guru yang tidak otoriter dan memberi kesempatan kepada anak untuk menentukan pilihan, memberi kepercayaan untuk melakukan pilihan, membangun hubungan yang penuh keterbukaan sehingga anak menyaksikan sendiri sesuatu yang boleh berbeda. Pada mulanya anak biasa tidak ingin terlihat berbeda dengan orang lain karena ia tidak berani mengambil resiko akibat perbedaan tersebut. Akan tetapi, apabila guru terus mendorong anak untuk menentukan pilihan yang berbeda dan memberi penghargaan atas perbedaan itu, maka secara berangsur-angsur akan menumbuhkan kreativitas pada anak.

Perkembangan Emosi
Emosi berfungsi untuk mengkomunikasikan kebutuhan, suasana hati dan perasaan. Melalui ekspresi perasaan, anak dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial, seperti menghormati orang lain, memperoleh hubungan dan memelihara hubungan sosial yang harmonis, serta menenangkan perasaan. Jika perkembangan emosi anak itu baik, mereka akan belajar bagaimana menggunakan kedalaman perasaan dengan tidak mengekspresikan secara berlebihan dan dapat mengikuti perasaan orang lain sehingga menumbuhkan pengertian dan kerja sama dengan orang lain.

Masing-masing anak mengekspresikan emosi sesuai dengan suasana hati dan pengaruh lingkungan, terutama pengalaman kelekatan dengan pengasuh (caregiver) dan teman-temannya.

Oleh karena itu, anak pra-sekolah selayaknya memperoleh bimbingan yang memadai dari guru dan orang tua untuk mengenal dan menerima perasaannya agar mereka belajar menghargai perasaan orang lain. Dalam hal ini teknik orangtua mengasuh (child rearing) dan gaya orangtua mengasuh (parenting style) anak sangat mewarnai perkembangan emosi anak prasekolah.

Perkembangan Kognitif
Kognitif dapat berarti kecerdasan, berfikir dan mengamati, yaitu tingkah laku yang mengakibatkan orang memperoleh pengetahuan atau yang diperlukan untuk menggunakan pengetahuan. Dengan pengertian ini, maka anak yang mampu mengkoordinasikan pelbagai cara berfikir untuk menyelesaikan persoalan-persoalan dengan merancang, mengingatkan dan mencari alternatif bentuk penyelesaian persoalan merupakan tolak ukur perkembangan kognitif.

Apabila mengamati cara berfikir dan tingkah laku anak usia ini, maka cara berfikir mereka termasuk semi logis, yaitu setengah masuk akal (pra-logis). Keadaan ini oleh Jean Piaget, seorang ahli psikologi kognitif sebagai tahap pra–operasional, yaitu suatu tahap di mana proses berfikir anak berpusat pada penguasaan simbol-simbol (misalnya, kata-kata) yang mampu mengungkapkan pengalaman masa lalu.

Piaget (Patricia, 1993:5356) menjelaskan karakteristik utama anak prasekolah adalah egocentrism regidity of thought, semological reasoning dan limites social cognition. Egosentris pada anak prasekolah tidak berarti mereka mementingkan diri sendiri, tetapi karena mereka tidak dapat melihat sesuatu dari pandangan orang lain, misalnya saat anak berbicara satu sama lain dalam kelompok bermain tetapi di antara mereka tidak terjadi saling berinteraksi dalam topik pembicaraan. Mengenai karakteristik egosentris ini Piaget (dalam Miller) menjelaskan :

Egocentrism does not refer selfisness or arrogance, and Piaget does not usai it. In a derogatory wah. Tather, the term refers to (a) the incomplete differentiation of the self and the word, including other people, and (b) the tendecy to perceive, understand, and interpret the word in terms of the self. One impications is that the cuil cannot take another person’s perceptual or conceptual persektive.

Karakteristik kedua, regidity of thought yaitu kelakuan berfikir, yakni kecenderungan berfikir hanya pada satu pandangan dan mengabaikan pandangan yang lain (centration), misalnya ketika melihat air di gelas yang tinggi dan gelas yang pendek lebar, meskipun isi air di kedua gelas itu sama, anak tetap akan mengatakan bahwa air di gelas tinggi lebih banyak, karena anak hanya memandang dari satu sisi, yaitu ketinggian gelas dan mengabaikan pada isi yang terkadang dalam kedua gelas yang berbeda tersebut.

Centration dan egocentrism merefleksikan ketidak mampuan anak menghadapi beberapa segi dari suatu situasi pada saat yang bersamaan dan menyebabkan pandangan yang biasa. Anak pra-sekolah dalam memandang suatu keadaan lebih memfokuskan pada tampilan keadaan (focus states atau focus on apperance), bukan pada isi atau kenyataan di balik tampilan itu. Anak pra-sekolah berfikir hanya pada keadaan “sebelum” dan “sesudah”, tidak pada proses perubahan dari sebelum dan sesudah melihat tampilan suatu keadaan. Kekakuan berfikir ini karena mereka tidak dapat berfikir dari sisi kebalikannya (irreversible) dari suatu rangkaian kejadian atau perubahan bentuk. Piaget menjelaskan tentang centration dan egocentrism anak pra-sekolah sebagai berikut :

Centration and egocentrism are similar in that they both reflect an inability to deal with several aspect of a situation at the same time and that they both cause a biased view of the world. We also find a regidity, or lack of flexibility, or thought tn the tendecy to focus on states rather than on the transformation linking the states, the child thinks about the “before” and “after” states but ignores the process of changing from A to A, children focus on appearence rather tham reality. Interest in the appearance reality distinction made a “comeback”, within the recent study of children’s concept about the mind. Perhaps the clearest example of the regidity of thought is its lack of reversibility.

Semilogical reasoning merupakan cara berfikir anak pra-sekolah yang masih egosentris dan kaku dalam menjelaskan kejadian-kejadian alamiah sehari-hari dengan jalan melakukan personifikasi, misalnya bulan mempunyai kaki karena dapat berjalan mengikutinya.

Limited Social Cognition yaitu keterbatasan berfikir dalam menangkap peristiwa sosial. Anak pra-sekolah berfikir cenderung bersifat kuantitas dan serba fisik. Mereka belum dapat berfikir pada tataran abstrak yang bersifat kualitas. Piaget membuktikan keterbatasan anak pra–sekolah menangkap peristiwa sosial adalah saat anak mengatakan bahwa si A yang memechakn 1 lusin gelas ketika sedang membantu ibunya sangat bersalah, daripada si B yang memecahkan 1 buah gelas ketika sedang mencuri minuman ibunya.

Dengan perkembangan kognitif anak yang demikian, maka perkembangan moral anak pra-sekolah menurut Kohlberg berada pada pada pra-konvensional, yaitu suatu tahap yang mengawali untuk terbentuknya perilaku moral. Dengan demikian perkembangan kognitif sangat erat berkaitan dengan perkembangan moral.

Perkembangan Moral
Anak prasekolah menurut Piaget dalam perkembangan kognitif berada pada tahap pra-operational, sedangkan menurut Kohlberg dalam perkembangan moralnya berada pada tahap pra-convensional. Tahap ini mengindikasikasikan bahwa anak pra-sekolah belum memiliki kesadaran moral karena perkembangan berfikirnya masih sangat terbatas. Kalaulah anak usia ini melakukan aturan-aturan, hal tersebut bukan karena mereka faham bahwa aturan tersebut penting baginya, melainkan karena mereka ingin memperoleh pujian atau menghindari hukuman karena perbuatan tersebut. Moral anak pra-sekolah lebih mendasarkan diri pada prinsip meraih kesenangan (hedonism).

Anak pra-sekolah belum dapat menangkap ide yang mendasari mengapa aturan tersebut berlaku bagi dirinya. Semakin anak tersebut berkembang penalarannya, semakin terbukalah pemikirannya untuk menerima norma. Ini berarti terbentuknya moral seiring dengan berkembangnya pola berfikir mereka, karena penalaran moral seorang memacu timbulnya perbuatan moral (Knoers, 1994:305309).

Dengan mengenal perkembangan anak usia pra-sekolah baik dari segi fisik, motorik, bahasa, sosial, kreativitas, emosi, kognisi dan moral, meskipun dengan paparan yang sangat terbatas dan singkat ini, kiranya dapat berguna untuk mengenal bagaimana pendidikan untuk anak pra-sekolah menurut tinjauan psikologis yang sesuai dengan perkembangan usia mereka.

Sejarah Perkembangan Pendidikan prasekolah 
Pada tahun 1990 an merupakan awal sejarah berdiri pendidikan prasekolah dengan tokoh terkenal yaitu Frobel dan Montessori. Maria Montessori adalah seorang dokter dan antropologi perempuan yang pertama. Ia memiliki pemikiran-pemikiran dan metode-metode pendidikan yang sampai saat masih populer di seluruh dunia. Montessori menjadi sangat berminat terhadap pendidikan anak sejak ia bekerja untuk anak-anak terbelakang mental, dan ternyata Montessori dapat menerapkan metode untuk anak-anak terbelakang mental itu kepada anak-anak normal. Minat besar Montessori terwujud dengan mendirikan sekolah sebagaimana Soemiarti Patmonodewo mengemukakan.

Sekolah yang pertama didirikan Montessori di Roma pada tahun 1907 dan dalam waktu singkat sekolah semacam itu berkembang di seluruh dunia. Apabila Frobel terkenal dengan Kindergartenya, Montessori menyebut sekolahnya dengan Casa Dei Ambini Montessori seperti Frobel memandang perkembangan anak usia dini sebagai suatu proses yang berkesinambungan. Ia juga memahami bahwa pendidikan sebagai aktivitas diri, yang mengarah pada pembentukan disiplin pribadi dan kemandirian (Soemiarti, 2000:9-10).

Pendidikan anak model Montessori menurut Soemiarti Patmonodewo berlandaskan pada falsafah yaitu ingatan yang meresap (absorben mird), lingkungan yang disiapkan (the prepared environment), belajar mengorganisasi sendiri (auto education) dan memperhatikan masa peka anak (sensitive periode).

Absorben mind adalah prinsip yang penting dalam falsafah. Montessori. Ia percaya bahwa bayi telah mampu mengabsorsi stimulus lingkungan secara tidak sadar. Semakin usia bertambah, anak semakin menyadari ingatan yang kemudian mengorganisasikan dan menggeneralisasikan terhadap stimulus lingkungan. Contohnya anak mengenal ibunya meskipun ibu mengenakan pakaian yang berbeda. Atas dasar ini, maka seseorang ketika dewasa dapat mengingat dan menceriterakan peristiwa masa pra-sekolah karena usia tersebut dianggap masa mulai timbul kesadaran dan mulai dapat mengingat peristiwa. Semakin usia bertambah, semakin, sempurna pula daya mengingat peristiwa-peristiwa masa lalu.

Prepare environment adalah mempersiapkan lingkungan pembelajaran misalnya dengan penataan warna dan sarana yang memadai yang menumbuh kembangkan kreativitas anak. Menurut Montessori anak harus dapat mengenal kekayaan lingkungan. Dengan prinsip ini, misalnya jika anak hanya mengenal alat-alat permainan yang terbuat dari kaleng atau plastik yang tidak pecah, perbuatan itu sangat merugikan jiwa anak, sebab bukankah anak tersebut dapat memperlakukan cangkir kaleng atau plastik itu sekasar-kasarnya tanpa menyadari bahwa perbuatan tersebut kasar. Itulah sebabnya pendidikan model Montessori memerlukan biaya mahal yang biasa diselenggarakan oleh lembaga swasta di perkotaan.

Sensitive period adalah masa dalam perkembangan anak, di mana suatu konsep/pengertian tertentu lebih mudah dipelajari oleh anak karena mereka telah memiliki kesiapan (readness). Setiap anak berkembang pada masa yang berbeda. Falsafah dari Montesseri ini penting untuk menyelenggarakan pendidikan anak pra­-sekolah, sebab keberhasilan anak dalam pendidikan tergantung pada saat dimana seorang anak mengalami masa peka dan siap untuk menerima pelbagai penguasaan sebagai harapan orangtua terhadap anak-anak usia dini.

Jadi harapan orangtua terhadap pendidikan anak-anak harus menyesuaikan dengan masa kematangan dan kesiapan mereka, bukan malah hanya memenuhi kebanggaan orang tua dengan cara memaksakan harapan orangtua. Akibat harapan orangtua yang terlampau tinggi untuk anak seusia pra-sekolah, maka anak mungkin akan merasa terbebani oleh harapan orangtua yang terlampau idealis, padahal anak belum cukup umur dan belum siap untuk memenuhi harapan orangtuanya.

Di Indonesia kehadiran pendidikan pra-sekolah terkait dengan sejarah Belanda ketika menjajah negeri ini sebagaimana Patmonodewo mengemukakan:

Usaha pendidikan anak pra-sekolah di Indonesia telah berlangsung sejak tahun 1904 pada saat Pemerintah Hindia Belanda membuka kelas persiapan (Voorklas) yang fungsinya menyiapkan anak-anak memasuki HLS (bentuk sekolah rendah di Indonesia pada zaman Belanda). Pada tahun 1922 Ki Hajar Dewantara, seorang tokoh gerakan di lingkungan Perguruan Taman siswa, mendirikan Taman Indria, yaitu suatu sarana pendidikan untuk anak pra-sekolah. Bersamaan dengan berdiri Taman Indria, berdiri pula Taman Kanak-kanak dengan nama Bustanul Athfal atau Raudhatul Athfal yang disponsori oleh organisasi-organisasi Islam.

Pada tahun 1950 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan mulai ikut mengelola keberadaan pendidikan pra-sekolah dan mulai mengakui bahwa pendidikan pra-sekolah sebagai salah satu komponen dari sistem Pendidikan Nasional sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang No 4 tahun 1950 .tentang Pokok-pokok Pendidikan dan Pengajaran, juncto No. 12 tahun 1954 tentang dasar-dasar pendidikan di sekolah berikut ini:

Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan adalah bahasa pengantar di sekolah-sekolah Republik Indonesia. Di TK dan tiga kelas yang terendah di sekolah dasar, bahasa daerah boleh dipergunakan sebagai bahasa pengantar (pasal 5).

Menurut jenisnya, maka pendidikan dan pengajaran dibagi atas: Pendidikan dan Pengajaran TK, Pendidikan dan Pengajaran Rendah, Pendidikan dan Pengajaran Menengah, Pendidikan dan Pengajaran Tinggi serta Pendidikan dan Pengajaran Luar Biasa yang diberikan dengan khusus untuk mereka yang membutuhkan (pasal 6).

Pendidikan dan Pengajaran TK bermaksud menuntun tumbuhnya rohani dan jasmani anak-anak sebelum ia masuk sekolah rendah (pasal 7). Pada tahun 1964 pemerintah mulai menyusun kurikulum TK yang sebelumnya hanya merupakan sebuah Pedoman Bermain seiring dengan berdirinya Sekolah Guru TK (SGTK). Cikal bakal ini berkelanjutan, di mana pemerintah berupaya terus untuk menyempurnakan kurikulum TK tahun 1968, kurikulum TK tahun 1976, kurikulum TK tahun 1984, dan kurikulum TK tahun 1994.

Dalam Undang-undang No. 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 12 ayat (2) menyebutkan: pendidikan pra-sekolah yang diselenggarakan adalah untuk mengembangkan pribadi, pengetahuan, dan keterampilan yang melandasi pendidikan dasar serta mengembangkan diri secara utuh sesuai dengan asas pendidikan sedini mungkin dan seumur hidup.

Peraturan Pemerintah No, 27 tahun 1990 tentang Pendidikan Prasekolah pada Bab I, Pasal 1, ayat (2) menyatakan:

Yang dimaksud dengan Taman Kanak-Kanak adalah salah satu bentuk pendidikan pra-sekolah yang menyediakan program pendidikan dini bagi anak usia empat tahun menjelang memasuki pendidikan dasar.

Satuan pendidikan pra-sekolah meliputi Taman Kanak-Kanak, kelompok bermain dan Penitipan Anak. Taman Kanak-Kanak terdapat di jalur pendidikan sekolah, sedangkan kelompok Bermain dan Penitipan anak terdapat di jalur pendidikan luar sekolah.

Dalam kurikulum TK tahun 1994 menjelaskan bahwa pembinaan segi pendidikan anak pada Taman Kanak-Kanak, Kelompok Bermain dan Penitipan Anak menjadi tanggung jawab Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, sedangkan usaha kesejahteraan anak bagi Kelompok Bermain dan Penitipan Anak menjadi tanggung jawab Menteri Sosial. Lamanya pendidikan di TK adalah satu atau dua tahun sesuai dengan usia anak. Jika suatu TK memilih program satu tahun, TK tersebut dapat menyelenggarakan kelompok A (usia 4­ - 5 tahun) atau kelompok E (usia 5-6 tahun). Jika memilih program dua tahun, maka TK tersebut menyelenggarakan Program A dan B, masing-masing lamanya satu tahun.

Pelaksanaan pendidikan TK yang tercantum dalam kurikulum TK tahun 1994 mencantumkan antara lain :

(1) TK adalah salah satu bentuk pendidikan sekolah yang bertujuan untuk membantu meletakkan dasar ke arah perkembangan sikap, perilaku, pengetahuan, keterampilan dan daya cipta yang diperlukan oleh anak didik dalam menyesuaikan diri dengan keluarganya dan untuk pertumbuhan serta perkembangan selanjutnya.

(2) Pendidikan TK tidak merupakan persyaratan untuk memasuki Sekolah Dasar

(3) Program pendidikan kelompok A dan kelompok B bukan merupakan jenjang yang harus diikuti oleh setiap anak didik

(4) Pelaksanaan pendidikan di TK menganut prinsip bermain sambil belajar, atau belajar seraya bermain, karena dunia nak adalah dunia bermain.

Dengan peraturan pemerintah, perundang-undangan yang berlaku maupun kurikulum yang secara terus menerus disempurnakan, berarti pemerintah menaruh disempurnakan, berarti pemerintah menaruh kepedulian yang cukup untuk menyelenggarakan pendidikan anak pra-sekolah dan kiranya setiap lembaga atau pihak yang terkait dan berminat menyelenggarakan pendidikan untuk anak pra-sekolah ini seyogyanya mengacu pada ketentuan-ketentuan yang tentunya telah memperhatikan pemikiran dan temuan-temuan para pakar dibidang ini.

Dalam kenyataan di lapangan masih banyak TK yang berlomba menawarkan program yang menggiurkan orangtua dengan program yang belum tentu sesuai dengan perkembangan anak, bahkan hanya memenuhi kebanggaan orangtua saja. Misalnya TK yang menjanjikan anak-anak didiknya setelah lulus dari pendidikan akan pandai menulis, membaca, berbahasa asing dan pelbagai penguasaan lain yang umumnya menjadi trend zaman seperti bermain komputer, bermain piano, terampil matematik dengan metode kumon, pandai membaca al-qur’an dengan metode iqra dan lain sebagainya.

Oleh karena itu, pada bagian berikutnya makalah ini penulis akan mencoba memaparkan bagaimana kepandaian baca tulis pada anak usia pra-sekolah menurut tinjauan psikologi.

Kepandaian Baca Tulis Anak Prasekolah 
Meskipun berfikir anak pada usia ini sudah berada pada tarah pra-operasional di mana anak sudah menguasai simbol-simbol (sign) yang tertangkap melalui bahasa verbal atau kata-kata, tetapi mereka belum dapat belajar berfikir secara kebalikannya dari perspektif orang lain. Itulah yang mengantarkan Piaget pada suatu kesimpulan bahwa masa anak pra-sekolah sebagai persiapan untuk tahapan berikutnya, this period as a time of preparation for the next stage.

Sebagai periode persiapan, maka pelbagai macam kegiatan dan bahan pelajaran dalam pendidikan pra­sekolah sifatnya terbatas pada aspek pengenalan dan persiapan, bukan pada hasil yang ditargetkan. Orang tua atau sekolah yang terlampau mengharapkan dan mentargetkan anak-anak agar menguasai kepandaian tertentu, misalnya anak harus pandai membaca, menulis, berhitung, menggambar dengan bagus dengan pengawasan yang sangat ketat, akan membuat anak frustrasi dan hilang semangat untuk belajar. Kalaupun anak mampu memenuhi harapan orangtua yang kemudian orang tua menjadi bangga karenanya, maka kebanggaan orangtua tersebut belum tentu merupakan panggilan hati dan kesenangan anak-anak. Situasi pendidikan seperti inilah yang membuat psikologis anak tidak sehat.

Menyadari akan bahaya psikologis pada anak-anak pra-sekolah, maka kurikulum TK 1994 telah berupaya untuk menyesuaikan dengan perkembangan anak pra-sekolah sebagaimana prinsip-prinsip psikologi perkembangan, terutama mengikuti frame teori Piaget. Dalam kaitan ini kurikulum TK 1994 menyatakan:

Taman Kanak-Kanak bukan sekolah. TK merupakan tempat bermain sambil belajar, sedangkan Sekolah Dasar merupakan tempat belajar. Di TK tidak diberikan pelajaran membaca, menulis, berhitung/matematika seperti di SD, yang diberikan di TK adalah usaha atau kegiatan persiapan membaca dan menulis serta permulaan berhitung/matematika. Dalam kegiatan ini di TK dibatasi pada usaha meletakkan dasar-dasar kesanggupan membaca, menulis dan berhitung/matematika. Setelah anak mengikuti program pendidikan TK, anak diharapkan telah memiliki kesanggupan-kesanggupan dan pengetahuan tertentu yang memungkinkan ia dapat mengikuti pelajaran permulaan membaca, menulis dan berhitung/matematika tanpa banyak kesulitan. Kegiatan-kegiatan di atas harus dilakukan dengan menyenangkan, misalnya melalui bernyanyi, bermain, mengucapkan syair, pengenalan menulis dan berhitung sambil melihat-lihat gambar yang sesuai dengan minat anak.

Menurut Vygotsky (Dworetzky, 1990:27), manusia lahir dengan seperangkat fungsi kognitif kasar yaitu kemampuan untuk memperhatikan, mengamati dan mengingat. Dengan kemampuan dasar itu lingkungan tinggal mentransformasi alam bentuk interaksi atau pengajaran dengan menggunakan bahasa.

Pendapat vygotsky tersebut di atas meskipun memberi peluang optimis untuk pendidikan anak pra-sekolah, namun ia tidak menjelaskan lebih rinci kapan idealnya anak menerima pengajaran baca tulis dengan seperangkat kemampuan kognitif kasar yang diperoleh sejak lahir itu. Oleh karena itu hanya dengan mengandalkan pendapat Vygotsky kiranya sangat lemah untuk melegalisasi kepandaian baca tulis pada pendidikan anak pra-sekolah.

Akan tetapi Montessori (Soemiarti, 2000:10) percaya bahwa sebaiknya membaca diajarkan pada anak sejak dini dan periode yang tepat adalah pada usia 2 – 6 tahun, karena masa tersebut dianggap sebagai masa sensitif (sensitive peroid) untuk belajar membaca. Meskipun demikian, Montessori berperan, “pendidikan seharusnya tidak dibebankan kepada anak. Dengan lingkungan belajar yang kondusif memungkinkan anak bereaksi secara bebas dan mengembangkan dirinya sendiri dalam garis-garis pikirannya sendiri. Maka harus ada kebebasan dalam lingkungan yang telah dipersiapkan (prepared environment) tersebut untuk pengembangan fisik, mental, dan perkembangan spiritualnya. Kemungkinan mengajarkan membaca untuk anak usia dini juga perlu ditunjang oleh metode yang sesuai dengan perkembangan mereka sebagaimana pendapat Sumadi Suryabroto (1994:153), bahwa sebetulnya sangat mungkin anak umur 3 - 4 tahun diajarkan membaca, asal dipakai cara-cara yang tepat serta kriteria dan didaktiknya disesuaikan.

Memperhatikan pendapat-pendapat yang berbeda seperti tersebut di atas, menunjukkan bahwa boleh tidaknya pengajaran membaca untuk anak prasekolah seyogianya dengan memperhatikan kesiapan (readness) anak itu sendiri, yang tidak selalu harus seiring dengan usia kalender (cronological ages), akan tetapi lebih terkait dengan usia mental (mental ages). Artinya, anak sudah mencapai kesiapan untuk membaca bukan karena usia mereka sekian tahun, tetapi apakah secara mental anak terlihat siap untuk menerima pengajaran membaca.

Dengan demikian, boleh jadi anak secara usia kalender belum saatnya menerima pengajaran membaca, akan tetapi secara mental mereka memiliki semangat dan mudah menerima pengajaran membaca. Maka dalam hal kesiapan ini cenderung bersifat individual, sehingga institusi sekolah tidak boleh menerapkan pengajaran membaca secara klasikal sama rata untuk anak didik di TK.

Di samping perlu memperhatikan kesiapan anak, faktor kecerdasan anak juga sangat menentukan terhadap efektivitas pengajaran membaca untuk anak pra-sekolah, sebab pada anak-anak yang sangat cerdas dalam usia yang sangat muda seringkali mereka "secara main-main" sudah belajar membaca sebelum mereka masuk sekolah. Kasus semacam ini agaknya yang terjadi pada para sahabat Nabi, di mana pada usia yang sangat muda mereka sudah dapat menghafal sekian ayat Al-­Qur’an atau sekian jumlah hadits, karena lingkungan saat itu sangat menunjang, sehingga anak-anak dengan usia yang sangat belia mungkin dengan cara tidak sengaja mereka sudah terbiasa belajar baca tulis.

Dengan memperhatikan rambu-rambu kesiapan dan kecerdasan anak-anak, maka metode pengajaran membaca untuk anak pra-sekolah patut menyesuaikan dengan potensi anak yang secara individual tentu berbeda. Dalam perspektif inilah pengajaran membaca dapat diselenggarakan pada pendidikan anak pra-sekolah bukan untuk memenuhi kebanggaan orang tua atau institusi, tetapi karena sesuai kemampuan dan kebutuhan anak

Berdasarkan tinjauan psikologis, kiranya kurikulum TK patut menjadi acuan pendidikan pra-sekolah secara klasikal, karena bimbingan khusus untuk anak-anak yang tergolong cerdas tidak dapat dilakukan secara klasikal, tetapi lebih bersifat individual, dengan tetap memperhatikan aspek bermain. Untuk itu, pendidikan pra-sekolah harus memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut :

(1) TK merupakan salah satu bentuk awal pendidikan sekolah. Untuk itu TK perlu menciptakan situasi pendidikan yang dapat memberikan rasa aman dan menyenangkan.
(2) Masing-masing anak perlu mendapat perhatian yang bersifat individu sesuai dengan kebutuhan anak usia pra-sekolah
(3) Perkembangan adalah hasil proses kematangan dan belajar
(4) Kegiatan belajar di TK adalah pembentukan perilaku melalui pembiasaan yang terwujud dalam kegiatan sehari-hari.
(5) Sifat belajar di TK merupakan pengembangan kemampuan yang telah diperoleh di rumah
(6) Bermain merupakan cara paling baik untuk mengembangkan kemampuan anak didik (Soemiarti, 2000:69-70)
Bermain mempunyai makna penting bagi perkembangan anak pra-sekolah. Frank dan Teresa Caplan (Moeslihatoen, 1999:25) menjelaskan ada enam belas (16) makna bermain pertumbuhan anak yaitu :
(1) Bermain membantu pertumbuhan anak
(2) Bermain merupakan kegiatan yang dilakukan secara sukarela
(3) Bermain memberi kebebasan anak untuk bertindak
(4) Bermain memberikan dunia khayal yang dapat dikuasai
(5) Bermain meletakkan dasar pengembangan bahasa
(6) Bermain mempunyai pengaruh yang unik dalam pembentukan hubungan antara pribadi
(7) Bermain memberi kesempatan anak untuk menguasai diri secara fisik
(8) Bermain memperluas minat dan pemusatan perhatian
(9) Bermain mempunyai unsur berpetualang di dalamnya
(10) Bermain merupakan cara untuk menyelidiki sesuatu
(11) Bermain merupakan cara untuk mempelajari peran orang dewasa
(12) Bermain merupakan cara dinamis untuk belajar
(13) Bermain menjernihkan pertimbangan anak
(14) Bermain dapat di struktur secara akademis
(15) Bermain merupakan kekuatan hidup
(16) Bermain merupakan sesuatu yang esensial bagi kelestarian hidup manusia.

DAFTAR PUSTAKA
BM dan Newman, PR. Infancy and Childhood. New York : Jauh Wiley & Sons 1978
Biechler, RF & Snowman, J. Psychology Applied Teaching. Toronto: Houghton Mifflin Company 1993
Dworetzky, Jauh F. Introduction to Child Development. New York : West Publishing Company 1990
Gordon, Ann Milles and Katheryn Williams Browne. Beginning and Beyond : Foundations in Early Chilhood Education. New York : Delmar Publisher 1985
Hildebrand, Verna. Introduction to Early Childhood Education. New York : McMilan Publishing Company 1986
Miller, Patricia H. Theories of Developmental Psychology. New York. WH. Freeman and Company 1993.
Monks, Knoers dan Siti Rahayu Haditono. Psikologi Perkembangan Pengantar dalam berbagai bagiannya. Yogyakarta : UGM Press. 1994.
Moeslihatoen R. Metode Pengajaran di Taman Kanak-kanak. Jakarta. Rinkea Cipta. 1999.
Noor, Mahpuddin, Ciptakan Suasana Religius di Lingkungan Keluarga, Media Pembinaan, Edisi Bulan Juni 2006.
Limbong, Mesta P. Kesehatan Mental Khususnya Mereka yang baru Memasuki Pendidikan Prasekolah ditinjau dari Teori Interpersonal Karen Horney, Jurnal) Dinamika Pendidikan. Jakarta UKI. 1999.
Patmonodewa Soemiarti. Pendidikan Anak Prasekolah. Jakarta : Rineka Cipta 2000.
Suryobroto, Sumadi. Psikologi Perkembangan. Yogyakarta : Rake Sarasin 1994.
Team. Kebijaksanaan Pemerintah di Bidang Pendidikan TK. Jakarta. Depdikbud 1994
Weton, David & Mallan, Jauh, T. Children and Their Word Strategis for Teaching Social Studies. New Jersey : Houghton Mifflin Company Boston. 1982.
Promo menjual jas koko bordir | Baju Koko Gaul.

Jumat, 17 Mei 2013

Feminis Sekuler Perempuan dan Isu Gender| Wanita Modern

Perempuan dan Isu Gender. Gerakan feminis sekuler di Barat merupakan respon atau reaksi terhadap pandangan buruk (stereotype) terhadap perempuan yang tertuang dalam tata nilai atau budaya, hukum dan politik di masyarakat waktu itu. Sejak zaman para tokoh sekaliber : Plato, Aristoteles hingga John Locke, Rousseau pada awal abad modern, perempuan tidak pernah dianggap setara dengan laki-laki. Para Pemuka Gereja juga selalu menuding wanita sebagai biang kerok keluarnya Adam as dari surga. Perempuan dipandang sebagai sumber bencana dan malapetaka. Perempuan hanya diberi peran dalam urusan : dapur, sumur dan kasur saja.

Mary Wollstonecraft lewat bukunya A Vindication of The Right of Women (1792) dengan sangat lantang mengecam berbagai bentuk diskriminasi terhadap perempuan, Ia menuntut hak dalam masalah pendidikan dan politik. Perempuan harus dibebaskan dari kurungan rumah tangga. Gerakan feminis juga menuntut reformasi di bidang hukum dan perundang-undangan, segala perlakuan pembedaan atas pertimbangan jenis kelamin (gender-based differentiation) harus dihapuskan. Agenda mereka lainnya adalah bagaimana membebaskan wanita dari “Penjara Kesadarannya“ yakni dengan mengingatkan kaum perempuan bahwa mereka sedang berada dalam cengkraman kaum lelaki, bahwa mereka hidup dalam dunia yang didominasi laki-laki. (male- dominated world). Belakangan malah muncul kaum feminis sekuler radikal yang mengutuk segala sistem patriaki (dominan laki-laki), mencemoohkan pernikahan. Menurut mereka menjadi seorang istri sama saja dengan menyandera diri, hidup bersama seorang suami itu dianggap sebagai hidup dengan musuh (living with the enemy). Mereka mendukung dan mengkampanyekan aborsi, lesbianisme dan free sex. Qasim Amin yang disebut-sebut sebagai “Bapak Feminis Arab“ dalam bukunya “ Tahrirul Mar’ah“ (Cairo,1899) dan “Al-Mar’ah Al-jadidah (Cairo, 1900) yang kontroversial menyeru agar membuang jauh-jauh doktrin-doktrin Islam yang ia nilai membelenggu dan menindas perempuan, seperti perintah berjilbab, taat kepada suami, bolehnya poligami dsb. Ajaran Islam dinilai mencerminkan budaya patriarkhis.

Gerakan feminis sekuler radikal ini nampaknya cukup berpengaruh di kalangan muslim. Kita mengenal : Aminah Wadud Aktifis Feminis Muslim, ilmuan asal Afrika Selatan, penulis buku “Qur’an and Women“, asisten professor studi Islam di Departemen Filsafat dan studi agama di Virginia Commonwelth University yang bikin heboh dengan tampil sebagai khotib jum’at, dengan jamaah campuran lelaki dan perempuan dengan mengambil tempat di Katedral Saint John milik keuskupan Manhatan, New York, dengan muadzin wanita – Sueyhla El-Attar, penyiar radio di Atlanta asal Mesir, dengan shaf laki dan perempuan sejajar, dan sebagian jamaah wanitanya tidak menutup aurat. Fatima Mernissi penulis buku Beyond The Veil dari Maroko; Riffat Hasan, pendiri The International Network for The Rights of Female Victims of Violence dari Pakistan; Taslima Nasreen penulis buku Amar Meyebela dari Bangladesh; dan Nawal al-Saadawi penulis buku The Hiden Face of Eve dari Mesir.

Para Ulama seperti Muhammad Abduh, Mahmud Syaltut, Sayyid Quttub, Yusuf Qardhawi, dsb. menolak dengan terang anggapan bahwa ajaran islam diskriminatif. Islam mengakui hak-hak perempuan di wilayah publik. Mahmud Abu Syuqqah dalam bukunya Tahrirul-Mar’ah fi ‘Ashrir-Risalah (1991) menunjukkan bukti-bukti bahwa ajaran Islam sangat emansipatoris. Kehadiran Islam telah mendorong terjadinya revolusi gender pada abad ketujuh. Islam telah memerdekakan perempuan dari kultur jahiliyyah yang sangat biadab. Islam telah mengeliminir tradisi mengubur hidup-hidup anak perempuan, mengawini perempuan tanpa batas, dsb. Dalam Islam lelaki dan perempuan diposisikan setara. Derajat mereka bukan ditentukan oleh jenis kelamin, tetapi oleh kwalitas keimanan dan ketakwaan masing-masing. Dalam kehidupan rumah tangga suami istri dua-duanya diumpamakan sebagai pakaian, masing-masing diberi peran dan tangung jawab yang berbeda, seperti lazimnya dalam hubungan antar sesama manusia. Demikian juga dalam kehidupan bermasyarakat Ajaran Islam memberi ruang dan kesempatan yang sama untuk beramar makruf dan nahi munkar, serta berlomba dalam kebaikan.

Di dunia Barat sendiri pada akhirnya pandangan terhadap ide dan gerakan feminis ini mulai berbalik dan menuai berbagai kecaman. Gerakan feminis sekuler dinilai Chauvinistik, hanya memikirkan kepentingan kaum perempuan saja. Mereka dianggap telah mengebiri laki-laki, dengan mengompori kaum perempuan untuk meninggalkan suami mereka, dan membunuh anak mereka. menyuburkan lesbianisme, mengubah perempuan-perempuan menjadi makhluk-makhluk gila karir, hidup dalam kesepian, pulang ke rumah hanya untuk kasih makan kucing atau anjing. Masalah gender semestinya tidak dipahami sebagai perseteruan atau pertarungan antar kelompok. Antara kaum laki-laki dan perempuan bukanlah untuk saling menegasikan, melainkan dipahami dalam persfektif kerja sama dan hubungan timbal balik yang saling mendukung , saling melengkapi, saling mengisi dan saling menghargai satu sama lain. Gerakan feminis dinilai telah merusak sendi-sendi kehidupan keluarga dan masyarakat. Di negara-negara seperti : Jerman, Perancis, Swedia, Jepang, dan Singapora pererintahnya sedang berupaya mengatasi krisis demografis ( kependudukan ). Banyaknya perempuan yang enggan hamil, dan perempuan yang melakukan aborsi dikawatirkan akan membawa dampak yang sangat buruk bagi masa depan negaranya. Menurut majalah Stern edisi 28 Juni 2005 jika dalam kurun waktu 50 tahun angka kelahiran selalu lebih kecil dari angka kematian, maka pada tahun 2060 Jerman diprediksi akan menjadi sebuah negara tempat penampungan tua jompo, menjadi Land ohne Kinder ( tanah tanpa anak-anak ).

Jika sudah demikian : “ Faina Tadzhabun Wahai para aktifis feminis sekuler ?
Sumber kutipan: Artikel Ust. Shidiq Amien Allohu Yarham pada Rubrik Fiqroh Majalah Risalah

Baca juga: Dakwah dan Permasalahannya|dan Keterkaitan Teknologi dengan Islam|Cara berkompromi dengan perasaan wanita|

wallohu'alam bishowab.

Kamis, 02 Mei 2013

Kriteria Ideal Pemimpin Negara | Syarat Calon Presiden RI

Syarat menjadi presiden itu tidaklah mudah, disamping kemapanan ilmu dan pengalaman, mental sebagai pemimpin juga sangat dibutuhkan. Semakin dekatnya pemilihan presiden 2014, rakyat Indonesia sangat menanti dengan penuh harapan, siapa kira-kira yang akan memimpin negeri ini. Siapa yang akan menghantar mereka pada perubahan dan pembaharuan? Lantas seperti apa kira-kira presiden terpilih itu akan memimpin, apakah ia akan menjadi pemimpin yang memandang sebelah mata rakyat yang ia pimpin, amanat penderitaan rakyat, atau ia akan mampu menjadi pemimpin yang bijak dan mengabdi sepenuh-penuhnya untuk kesejahteraan dan kemakmuran rakyat yang dipimpinnya? Pertanyaan-pertanyaan tersebut akan terus muncul. Lalu seperti apakah kriteria pemimpin negara yang dibutuhkan negara kita untuk kepemimpinan masa depan?

Kita membutuhkan pemimpin yang memiliki kriteria-kriteria ideal untuk situasi paling mendesak yang dihadapi bangsa ini, serempak kriteria tersebut harus berlaku juga, doable dan applicable dalam meniti masa depan bangsa ini jauh ke depannya. Membawa bangsa ini melewati tahun-tahun kelam maupun tahun-tahun cemerlang, sampai akhirnya mampu mencapai cita-cita bangsa secara utuh seperti yang diharapkan dan sudah tercatat manis dalam Pancasila, UUD 1945 dan GBHN.

Mungkin sekali banyak yang bertanya apakah susah atau gampang menjadi Presiden di republik ini? Tidak sedikit yang menjawabnya, “ah gampang kok! apa sih susahnya?”. Tapi ada juga yang bilang, “jangan pikir memimpin negeri ini gampang…susahnya minta ampun!” Tapi kenyataannya susah atau gampang sih? Jawabannya tidak gampang. Maksudnya jadi presiden republik ini tidak gampang, kalau ia mau disebut pemimpin yang baik, berhasil, dan ideal. Banyak yang harus ia miliki.

Kriteria Ideal Presiden | Pemimpin Negara Indonesia
Berikut adalah kriteria ideal untuk presiden Indonesia. Namun ini tidak final, para pembaca dapat mengurangi atau melengkapinya. Inilah diantaranya:
  1. Seorang Presiden harus memahami ideologi dan budaya Indonesia secara utuh, lengkap, dan benar. Ia harus meyakini dan percaya sepenuh-penuhnya bahwa Pancasila adalah landasan perjuangannya, dan secara sungguh-sungguh mengerti apa makna dari ke lima sila yang ada di situ. Bukan sekedar mampu menghafalnya, tapi memahami makna terdalam dari ideologi negara kita. Secara bersamaan, dengan melihat perjalanan bangsa Indonesia sejak lahirnya bangsa ini sampai saat ini, maka ia harus mempunyai pemahaman yang mumpuni tentang akar budaya yang dimiliki bangsa kita. Sebab dengan demikian, ia akan mampu memilah dan memisahkan mana yang pantas untuk Indonesia dan mana yang tidak.
  2. Seorang Presiden harus memiliki skill/kemampuan kepemimpinan yang bagus dan tidak otoriter. Apa artinya? Begini. Seorang presiden yang tidak tahu memimpin sudah barang tentu akan menghantar bangsa ini pada kehancuran. Kemampuan memimpin bukan tergantung pada kehebatan ia memerintah orang. Ketegasan itu perlu. Tapi intisari dari keterampilan memimpin adalah kemampuan dan kemauan ia untuk mendengar suara rakyat yang dipimpinnya. Kemampuan mendengar ini akan menjaga tingkah lakunya supaya tidak serta merta menjadi otoriter. Pemimpin yang tegas dan keras tanpa kerelaan untuk mendengar akan menjadikannya seorang pemimpin atau presiden yang otoriter.
  3. Seorang Presiden harus mampu merangkul semua golongan. Ketika bangsa kita begitu rentan terhadap perpecahan, pertikaian, dan saling serang karena perbedaan dan kepelbagaian, maka sangat dibutuhkan pemimpin yang mampu menyatukan dan mengayomi semua unsur yang berbeda tersebut. Bukan dengan maksud menyeragamkan, tapi menjaga dan mengutuhkan yang berbeda-beda tersebut tetap dalam bingkai persatuan. Pemimpin yang mampu berdiri di atas banyak kepentingan, dan beragam perbedaan itulah yang bangsa ini butuhkan kedepannya.
  4. Seorang Presiden harus mempunyai integritas. Dimata hukum dan di mata banyak orang ia haruslah bersih dari segala macam catatan hitam dan buruk, umpamanya riwayat hebat dalam berkorupsi, berkolusi, dan bernepotisme. Untuk memimpin Indonesia lebih baik dan lebih maju lagi ke depannya, maka integritas masih merupakan keharusan bagi mereka yang berkeinginan menjadi presiden di republik ini.
  5. Seorang Presiden harus jujur. Zaman sekarang ini kejujuran semakin mahal harganya di negeri kita ini Karena seperti dalam kehidupan sehari-hari, semakin langka sesuatu itu akan semakin mahal harganya. Nah, barangkali pemimpin yang benar-benar jujur di negeri kita sudah semakin susah dijumpai. Bangsa ini sangat membutuhkan pemimpin yang jujur oleh karena tanpa kejujuran, segala sesuatu akan sangat mudah diselewengkan. Kejujuran adalah salah satu kriteria calon presiden kita. Tidak bisa ditawar-tawar. Sesuatu yang mau tidak mau harus ada.
  6. Pemimpin Negara harus Setia. Kesetiaan tidak melulu soal setia kepada pasangan hidup kita, tapi juga kesetiaan terhadap janji atau sumpah jabatan. Sudah terlalu sering ada pernyataan dan janji dari seorang pemimpin bahwa ia tidak akan korupsi, tapi lalu dikemudian hari mereka akhirnya terbukti melanggar janji dan sumpah mereka sendiri. Kita membutuhkan seorang presiden yang benar-benar bisa memegang janji dan sumpah yang sudah ia ucapkan.
  7. Pemimpin Negara harus menjadi teladan dan panutan. Bagaimana supaya ia diteladani? Pertama-tama tentu ia harus bisa memberikan keteladanan sebagai seorang pemimpin bangsa. Apa yang bisa diteladani dan dipanuti kalau ia adalah seorang yang korup, suka menyeleweng, tidak tegas, mudah ditipu bangsa asing, gampang marah tanpa sebab? Jadi ia harus membuktikan dulu bahwa dirinya memang pantas diteladani dan dipanuti oleh rakyat yang ia pimpin.
  8. Pemimpin negara harus seseorang yang nasionalis terbuka. Calon presiden kita mesti memiliki nasionalisme yang kuat. Dengan demikian ia akan mencintai rakyat yang ia pimpin. Ia tidak akan pernah membiarkan rakyatnya “dijajah” bangsa asing. Apa-apa yang ia lakukan adalah demi menyejahterakan rakyat. Tapi juga di sisi lain ia harus terbuka terhadap globalisasi dan tidak menutup mata terhadap negara-negara lain. Adalah tidak elok seorang pemimpin sebuah negara besar yang memiliki nasionalisme buta. Calon presiden kita harus nasionalis terbuka dan bukan nasionalis buta.
  9. Pemimpin negara harus memiliki loyalitas. Bukan hanya anak buah yang dituntut untuk memiliki loyalitas. Tidak hanya rakyat dan bawahan yang mesti loyal. Pemimpin pun termasuk presiden harus memiliki loyalitas dalam bekerja. Kepada siapa ia harus loyal? Kepada dan terhadap amanat rakyat. Kepada dan terhadap tugas dan tanggung-jawab dia sebagai presiden. Oleh karena itu presiden yang layak memimpin bangsa ini, adalah mereka yang punya loyalitas mumpuni. Bukan loyalitas lips servicesemata. Ketika ia belum mampu dan tidak berani berkorban sesuatu demi rakyat yang ia pimpin. Atau berkorban demi tugas yang ia emban, maka ia belum pantas disebut pemimpin yang ideal.
  10. Pemimpin negara harus mampu hidup sederhana. Memiliki gaya hidup bersahaja. Memaknai hidup sederhana adalah juga cara untuk merasakan dan turut meresapi penderitaan begitu banyak rakyat yang masih hidup pas-pasan. Menjalani hidup sederhana menunjukkan betapa ia peduli, dan terpanggil untuk semakin menyelami bahwa kita tidak boleh berpesta pora dan bersenang-senang dengan kemewahan di atas begitu banyak penderitaan orang lain. Alangkah nistanya pemimpin yang bergelimang harta kekayaan, hidup penuh kemewahan tapi tak mau peduli dengan puluhan juta penduduk yang sangat miskin. Mampu hidup sederhana adalah juga wujud toleransi terhadap yang papah dan miskin. Mereka yang mungkin hanya bisa tidur beralaskan daun pisang, makan di atas kertas koran, dan minum dari tampungan air hujan.
  11. Pemimpin negara tidak boleh terlalu tua, tapi jangan juga terlalu muda, khususnya dalam "pemikiran"nya. Usianya harus berada pada posisi optimal dalam memimpin, baik usia yang sebenarnya ataupun usia dalam pengertian pengalaman. Apabila pemimpin kita terlalu tua maka ia ibarat seorang kakek yang hanya akan mampu memberi nasehat tanpa sanggup berbuat apa-apa lagi. Kalau ia terlalu muda, ia akan gampang memutuskan sesuatu berdasarkan emosi sesaat, karena jam terbang belum banyak dan masih kurang pengalaman. Kalau terlalu muda, jangan-jangan mesti dijewer dulu telinganya baru mau kerja. Mesti dicambuk dulu pantatnya baru mau mengambil tindakan nyata. Ragu-ragu dalam memutuskan.
  12. Pemimpin negara haruslah orang yang punya komitmen, tidak mudah untuk dihasut dan terhasut. Seorang pemimpin bangsa harus punya pendirian tegas, dan jangan gampang dipengaruhi oleh bisikan kiri-kanan yang tak jelas, apalagi bisikan dari mereka yang hanya tahu mengadu domba dan mencari keuntungan semata. Pemimpin yang sangat mudah terpengaruh oleh “bisikan” semata, adalah pemimpin yang tidak punya prinsip. Masukan boleh dijadikan pertimbangan, tapi ia harus mampu membedakan mana masukan dan mana bisikan menyesatkan. Kan lucu jadinya bila seorang pemimpin negara besar, tapi gampang sekali dipengaruhi dan dihasut untuk sesuatu yang tidak jelas.
Sebagai seorang warga yang baik, kita berharap bersama bahwa negeri kita tercinta ini nantinya akan dipimpin seorang presiden yang benar-benar mengabdikan dirinya untuk rakyat yang ia pimpin. Yang meanganggap bahwa rakyatnya adalah keluarganya, menyakiti hati rakyat sama artinya dengan menyakiti keluarganya sendiri. Bahwa presiden yang akan memimpin kita, adalah benar-benar sosok yang mengerti betul arti mensejahterakan masyarakat seutuhnya. Sebagaimana ia berusaha mensejahterakan dan membahagiakan seisi rumahnya, demikian pula yang akan ia lakukan untuk rakyat yang ia pimpin. Apalagi negara kita sudah terkenal sebagai negara yang sesungguhnya sangat kaya, dan subur, dan diberkati. Maka jangan sampai kemiskinan semakin bertambah. Jangan sampai pengibaratan anak ayam yang mati di lumbung padi berlaku di negeri yang kaya ini.

Adapun Syarat Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia berdasarkan Peraturan Undang-undang UU No 42 tahun 2008 tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden adalah sebagai berikut :
  1. Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
  2. Warga Negara Indonesia sejak kelahirannya dan tidak pernah menerima kewarganegaraan lain karena kehendaknya sendiri
  3. Tidak pernah mengkhianati negara, serta tidak pernah melakukan tindak pidana korupsi dan tindak pidana berat lainnya
  4. Mampu secara rohani dan jasmani untuk melaksanakan tugas dan kewajiban sebagai Presiden dan Wakil Presiden
  5. Bertempat tinggal di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
  6. Telah melaporkan kekayaannya kepada instansi yang berwenang memeriksa laporan kekayaan penyelenggara negara
  7. Tidak sedang memiliki tanggungan utang secara perseorangan dan/atau secara badan hukum yang menjadi tanggung jawabnya yang merugikan keuangan negara
  8. Tidak sedang dinyatakan pailit berdasarkan putusan pengadilan
  9. Tidak pernah melakukan perbuatan tercela
  10. Terdaftar sebagai Pemilih
  11. memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan telah melaksanakan kewajiban membayar pajak selama 5 tahun terakhir yang dibuktikan dengan Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak OrangPribadi
  12. Belum pernah menjabat sebagai Presiden atau Wakil Presiden selama 2 (dua) kali masa jabatan dalam jabatan yang sama
  13. Setia kepada Pancasila sebagai dasar negara, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, dan cita-cita Proklamasi 17 Agustus 1945
  14. tidak pernah dijatuhi pidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih
  15. Berusia sekurang-kurangnya 35 (tiga puluh lima) tahun
  16. Berpendidikan paling rendah tamat Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK), atau bentuk lain yang sederajat
  17. Bukan bekas anggota organisasi terlarang Partai Komunis Indonesia, termasuk organisasi massanya, atau bukan orang yang terlibat langsung dalam G.30.S/PKI
  18. Memiliki visi, misi, dan program dalam melaksanakan pemerintahan negara Republik Indonesia

Demikian Kriteria Ideal Pemimpin Negara | Syarat Calon Presiden Republik Indonesia, semoga bermanfaat.

Rabu, 24 April 2013

Kisah Motivasi : Perjalanan Karir Bill Gates |


Tokoh yang satu ini sudah tidak asing lagi, pada kesempatan kali ini kita bisa ambil pelajaran dari kisah motivasi perjalanan karir Bill Gates sampai dia mendapat kesuksesan. 
Bill Gates konon katanya kekayaannya itu tak dapat terhitung, sampai-sampai bila menukarkan seluruh kekayaannya dengan uang receh, niscaya ia dapat membangun jalan ke Bulan dengan memanfaatkan trilliunan keping koin tersebut. Bernama lengkap William Henry Gates III, ia terlahir di kota Washington, tepatnya daerah Seatle. Kini (pada tahun 2013), ia hampir berusia kepala 6. Berdasarkan info banyak orang, tokoh terkaya di dunia ini merayakan ulang tahunnya setiap tanggal 28 Oktober. Ayah Bill, Bill Gates Jr., adalah seorang pengacara. Sementara ibunya, Mary, adalah seorang pensiunan guru. Pasangan Bill-Mary tersebut melahirkan 3 orang anak, dengan Gates, berada di antara kakak-adiknya di silsilah keluarga.

Pada saat kecil, Bill dengan mudah melewati masa sekolah dasar dengan nilai yang tergolong sangat memuaskan. Dengan menonjolkan bakatnya di mata pelajaran IPA dan Matematika. Mengetahui fakta dan data dari sekolah tersebut, orang tua Bill memutuskan memasukkan bocah jenius ini ke sebuah sekolah swasta yang terkenal dengan pembinaan akademik yang luar biasa. Sekolah tersebut bernama “Lakeside”. Seolah berupa kebetulan, pada saat itu, Lakeside baru saja membeli sebuah komputer. Hanya dalam kurun waktu seminggu, Bill Gates, Paul Allen dan beberapa siswa lainnya (Sebagian besar nantinya menjadi programmer pertama Microsoft) menghabiskan semua jam pelajaran komputer, penuh selama setahun lamanya.

Di sekolah ini, kemampuan komputer Bill Gates telah mendapat pengakuan dari beberapa kalangan. Dimulai dengan aksinya membobol sistem komputer milik Lakeside, mengubah jadwal, dan penempatan siswa. Tahun 1968, Bill Gates, Paul Allen, dan dua hackers lainnya mendapatkan tawaran bekerja oleh Computer Center Corp. Bukan sebagai karyawan tetap, mereka berempat hanya disewa saja. Tujuan perekrutan orang-orang tersebut adalah untuk menjadi tester sistem keamanan perusahaan. Sebagai balasan, mereka diberikan kebebasan untuk menggunakan komputer perusahaan. Bill pernah mengungkapkan dalam sebuah kesempatan, bahwa saat itulah mereka benar-benar dapat menjelajah komputer. Dan disinilah mereka mulai mengembangkan kemampuan menuju pembentukan raksasa perusahaan perangkat lunak dunia, Microsoft, 7 tahun kemudian.

Selanjutnya kemampuan Bill Gates semakin terasah. Pembuatan program sistem pembayaran untuk Information Science Inc, merupakan bisnis pertamanya. Kemudian bersama Paul Allen mendirikan perusahaan pertama mereka yang disebut Traf-O-Data. Mereka membuat sebuah komputer kecil yang mampu mengukur aliran lalu lintas. Bekerja sebagai debugger di perusahaan kontrakator pertahanan TRW, dan sebagai penanggungjawab komputerisasi jadwal sekolah, melengkapi pengalaman Bill Gates.

Musim gugur tahun 1973, Bill Gates mendaftar sebagai mahasiswa Harvard University dan memilih fakultas hukum sebagai tujuan hidupnya. Bill sebenarnya mampu dengan baik mengikuti kuliah hukum tersebut, namun sama seperti ketika ia masih berada di SMA, perhatiannya lebih condong ke komputer. Pun begitu, Bill dikenal sebagai seorang jenius di Universitasnya. Bahkan salah seorang guru Bill mengatakan bahwa Bill adalah programmer yang luar biasa jenius, namun seorang manusia yang menyebalkan.

Selama di Harvard, hubungannya dengan Allen tetap dekat. Dan di bulan terakhir di tahun 1974, saat hendak mengunjungi Bill Gates, Paul Allen membaca artikel di majalah Popular Electronics yang berjudul “World`s First Microcomputer Kit to Rival Commercial Models”. Artikel ini bercerita tentang komputer mikro pertama, Altair 9090. Allen kemudian berdiskusi dengan Bill Gates. Mereka menyadari bahwa era “komputer rumah” akan segera hadir dan meledak, membuat keberadaan software untuk komputer-komputer tersebut sangat dibutuhkan. Dan ini merupakan peluang bisnis yang sangat besar bagi mereka.

Kemudian dalam beberapa hari, Gates memberikan kabar ke perusahaan pencipta Altair, MITS (Micro Instrumentation and Telemetry Systems). Dia mengatakan bahwa dia dan Allen, telah membuat BASIC yang dapat digunakan pada Altair. Tentu saja ini adalah bohong. Bahkan mereka sama sekali belum menulis satu baris kode pun. MITS, yang tidak mengetahui hal ini, sangat tertarik pada BASIC. Luar biasanya, hanya dalam waktu 8 minggu BASIC telah siap untuk dipresentasikan. Saat itu, ini adalah kali pertama bagi Allen dalam mengoperasikan Altair, ternyata BASIC dapat bekerja dengan sempurna. Setahun kemudian Bill Gates memutuskan untuk tak melanjutkan studinya di Harvard demi mendirikan Microsoft.

Bill Gates Rela Tinggalkan Harvard, Demi Sebuah Impian

Kendati tanpa kendala di perkuliahan hukumnya, ia justru merasa bosan. Karena itu, Gates melamar pekerjaan-pekerjaan yang berhubungan dengan komputer di daerah Boston, dan memutuskan "DropOut" dari Universitas. Gates juga membujuk rekannya, Allen, untuk mencoba melamar sebagai pembuat program di Honey-well. Tujuan Bill melakukan tindakan tersebut tak lain adalah agar keduanya dapat melanjutkan impian mereka untuk mendirikan sebuah perusahaan perangkat lunak.

Ketika itu pula, Paul Allen melihat sampul depan majalah Popular Mechanics, terbitan Januari 1975, yaitu gambar komputer mikro rakitan baru yang revolusioner MITS Altair 8080 (Komputer kecil ini menjadi asal-usul PC di kemudian hari). Kemudian Allen bergegas segera menemui Bill dan ganti menggodanya, bahwa mereka harus menciptakan suatu bahasa yang dapat digunakan di MITS.

"Kami sadar bahwa revolusi itu bisa terjadi tanpa kami. Setelah kami membaca artikel itu, tak diragukan lagi dimana kami akan memfokuskan hidup kami."

Kedua sahabat itu bergegas menuju ke sebuah komputer Harvard untuk menulis sebuah adaptasi dari program bahasa BASIC. Gates dan Allen yakin kalau komputer berukuran mini itu dapat melakukan sebuah fenomena. Semangat dan usaha Allen serta Gates terbayarkan. Berawal dari komputer kecil itulah, "ia" menjadi panutan dari segala macam komputansi zaman ini. Dan sekarang bisa kita amati bahwa PC telah benar-benar menjadi alat informasi. Mimpi mereka, "tersedianya sebuah komputer di setiap meja tulis dan di setiap rumah tangga", kini telah menjadi kenyataan.

Bill Gates dan Allen telah membuktikan bahwa sesuatu yang pada saat itu mustahil adanya kini telah terbukti menjadi suatu kenyataan.
Kita sekarang boleh saja bermimpi merencanakan sesuatu yang tidak mungkin terjadi, tetapi tentu saja harus dengan:
- Melakukan pekerjaan dengan optimal agar hasil bisa maksimal
- Berani ambil resiko
- Mencari partner yang dapat bekerja sama
- Selalu meng-update ilmu dan kemampuan kita

Mudah-mudahan artikel ini dapat menjadi KISAH MOTIVASI untuk kita, supaya dapat membuktikan "Impian kita akan menjadi sebuah kenyataan".

Kamis, 18 April 2013

Antara Idealisme atau Pragmatisme | Sebuah Pilihan Hidup

Idealisme dan Pragmatisme awalnya merupakan istilah dalam ilmu filsafat, yang kini telah populer kita dengar dalam segala pembicaraan. Keduanya itu dua kata yang berlawanan arti yang mempunyai kutub yang berbeda. Perbedaan antara keduanya itu adalah; Idealisme berusaha membuat segala sesuatu pada kondisi yang paling sempurna yang statis dan terprediksi. Sementara Pragmatisme melihat sesuatu selalu berubah dan tumbuh, dimana yang terpenting adalah substansi kebermanfaatan praktis bagi manusia. 
Idealisme melihat dunia dalam hitam dan putih, dan tentunya berusaha mengarahkan semua perilaku pada area putih. Sedangkan Pragmatisme memiliki daerah abu-abu yang bahkan lebih luas dari hitam dan putih jika digabungkan. Inilah Antara idealisme dan pragmatisme dari sudut pandang ilmu filsafat.

Idealisme dan Pragmatisme dalam lingkup kehidupan
Idealisme umumnya tumbuh dari kalangan akademis. Mereka adalah kalangan yang dalam bahasa Cak Nur "tercerahkan" dan kritis terhadap kondisi masyarakat. Ekstraksi sebuah penelitian akan memunculkan solusi atas permasalahan beserta prediksi keseimbangan dan pencapaian cita-cita. Negeri ini merdeka karena idealisme pemuda yang menginginkan kemerdekaan atas perjuangan sendiri, bukan hasil belas kasihan pemberian negara lain.

Pemikiran dan penelitian di kalangan akademis akan memunculkan kondisi-kondisi indah yang diharapkan oleh masyarakat. Kondisi dan situasi tersebut dapat terwujud dengan perilaku dan persyaratan lainnya. Berbagai varibel persyaratan untuk mewujudkan kondisi ideal dirumuskan dan disebarluaskan sebagai sebuah teori ilmiah.

Disisi lain, pada kenyataannya untuk sampai pada target sasaran itu tidaklah seindah teori yang didengungkan, tidak semua variable di dunia nyata dapat teridentifikasi apalagi dikontrol, seperti dalam eksperimen laboratorium di kampus atau sekolah. Variabel perilaku manusia, apalagi masyarakat, sama sekali berbeda dan tidak ada generalisasi yang paling ampuh. Mau tidak mau, semua permasalahan yang terjadi harus dikerjakan secara praktis dengan peralatan yang ada dan tersedia di dunia riil.

Mobil listrik dan kendaraan hybrid lainnya merupakan produk ilmiah yang memiliki idealisme tinggi untuk mengurangai bahan bakar fosil. Namun proyek tersebut masih lemah dalam sisi praktisnya. Sebuah alat penghemat bahan bakar minyak memiliki sisi praktis yang cukup tinggi, namun idealisme menggunakan energi terbarukan pun sedikit terpinggirkan.

Lalu dalam kehidupan keseharian kita mana yang akan dipilih? Menjunjung tinggi idealisme namun ada kemungkinan kelaparan, atau berpihak pada pragmatisme namun rentan terhadap benturan hukum dan norma? 
Jawabannya ada pada Anda sendiri...

Selasa, 16 April 2013

Problematika Kurikulum 2013 | Tinjauan Kritis Tanggapan Wacana

Kurikulum 2013 yang dalam rencananya akan ditetapkan pada tahun ajaran ini terus menjadi bahasan menarik dalam berbagai forum. Berbagai wacana berkembang di masyarakat terkait kurikulum 2013 sangat marak, tentunya berdasarkan pada sudut pandang mereka. Banyak persepsi yang perlu dihargai sebagai bagian dari proses pematangan kurikulum yang sedang disusun. Kurikulum ini merupakan terobosan baru dari kurikulum yang sebelumnya yakni Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Alasan perurubahan kurikulum KTSP menjadi Kurikulum 2013 banyak berbagai alasan. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Moh Nuh menemukan pasalnya, hasil studi lembaga survei pendidikan internasional, TIMSS dan PIRLS 2011 tidak menunjukkan perkembangan yang signifikan terhadap kemampuan siswa di Indonesia. Selain itu evaluasi kurikulum pendidikan nasional dilakukan karena ada penilaian bahwa kurikulum pendidikan saat ini terlalu membebani siswa. “Dari evaluasi nanti diharapkan bisa ditemukan formulasi sesuai standar kompetensi”. Katanya. (Dikutip dari : edukasi.kompas.com ).

Dengan adanya hal tersebut yang menyebabkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan semakin memantapkan langkah untuk mengganti Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dengan kurikulum baru pada 2013 mendatang.
Kurikulum 2013 ini yang rencananya diterapkan mulai tahun ajaran 2013/2014 pada berbagai jenjang. Mulai dari tingkat SD, SMP, SMA, dan SMK. Untuk jenjang sekolah dasar atau SD sederajat, akan di amputasi 2 mata pelajaran yakni mata pelajaran Ilmu pengetahuan alam IPA dan ilmu pengetahuan sosial IPS, jadi nantinya untuk SD sederajat hanya ada mata pelajaran atau bidang studi, yakni:
  1. Pendidikan Agama,
  2. Pendidikan Pancasila & Kewarganegaraan atau PKN,
  3. Bahasa Indonesia,
  4. Matematika,
  5. Seni Budaya,
  6. Pendidikan Jasmani dan Kesehatan.
Pengurangan mata pelajaran untuk tingkat atau jenjang SD sederajat ini dilakukan oleh pemerintah dengan tujuan agar peserta didik atau para siswa tidak terlalu terjejali oleh banyaknya mata pelajaran yang mereka dapatkan di bangku sekolah. Diharapkan dengan pengurangan ini, kecerdasan para siswa akan terasah tanpa disertai beban dengan banyaknya mata pelajaran yang mereka terima di sekolah.
Untuk jenjang SMP dan SMA, juga akan dilakukan perubahan kurikulum, namun sejauh ini, belum detail bagaimana kurikulum 2013 ini untuk tingkat SMP dan SMA, karena kurikulum 2013 ini sementara digodok dan belum rampung.Rencananya Kurikulum terbaru 2103 ini akan di uji coba atau disosialisasikan di sekolah-sekolah di seluruh Indonesia mulai bulan Februari tahun 2013 mendatang.
Saat ini yang ramai diperbincangkan di media massa terkait perubahan kurikulum adalah masalah pengurangan mata pelajaran dan penambahan jam belajar. Secara mendasar, ada empat elemen perubahan dalam Kurikulum 2013, yakni Standar Kompetensi Lulusan, Standar Isi (kompetensi inti dan kompetensi dasar), Standar Proses, dan Standar Penilaian.
Penyempurnaan Standar Kompetensi Lulusan memperhatikan pengembangan nilai, pengetahuan, dan keterampilan secara terpadu dengan fokus pada pencapaian kompetensi.
Pada setiap jenjang pendidikan, rumusan empat kompetensi inti (penghayatan dan pengamalan agama, sikap, keterampilan, dan pengetahuan) menjadi landasan pengembangan kompetensi dasar pada setiap kelas. 

Perubahan Standar Isi dari kurikulum sebelumnya yang mengembangkan kompetensi dari mata pelajaran menjadi fokus pada kompetensi yang dikembangkan menjadi mata pelajaran melalui pendekatan tematik-integratif (Standar Proses).
Perubahan pada Standar Proses berarti perubahan strategi pembelajaran. Guru wajib merancang dan mengelola proses pembelajaran aktif yang menyenangkan. Peserta didik difasilitasi untuk mengamati, menanya, mengolah, menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta.
Dalam bahasan kurikulum yang akan dicanangkan tersebut masih menuai banyak perdebatan. Dikalangan praktisi pendidikan masih menimbulkan pro dan kontra. Pihak yang mendukung kurikulum baru menyatakan bahwa kurikulum 2013 nantinya akan memadatkan pelajaran sehingga tidak membebani siswa. Selain itu kurikulum ini akan memfokuskan pada tantangan masa depan bangsa, dan tidak memberatkan guru dalam penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Sedangkan pihak yang kontra menyatakan bahwa, kurikulum justru kurang fokus karena menggabungkan mata pelajaran IPA dengan Bahasa Indonesia di tingkat Sekolah Dasar (SD). Padahal kedua mata pelajaran memiliki substansi pokok yang berbeda. Hal ini terlalu ideal karena tidak mempertimbangkan kemampuan guru serta tidak dilakukan uji coba dulu di sejumlah sekolah sebelum diterapkan.
Akan tetapi hampir semua orang setuju atas alasan di balik perubahan kurikulum. Hal ini dipertegas lagi bahwa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan berupaya kembali pada tujuan mulia pendidikan: tak hanya mencekoki siswa dengan pengetahuan, tapi juga membentuk karakter mereka. Itu sebabnya mata pelajaran pada kurikulum 2013 akan dibuat simpel agar tersedia waktu buat mendidik siswa. Hanya, penyederhanaan ini perlu dilakukan secara hati-hati agar tak membingungkan.
Dari pihak kontra memberikan argumen kembali bahwa, memang nantinya mata pelajaran yang akan diajarkan tersebut dibuat lebih simpel. Akan tetapi tingkat pemahaman dan pengetahuan yang dimiliki oleh siswa akan semakin berkurang akibat perpaduan mata pelajaran tersebut. Mata pelajaran tersebut tidak dipelajari secara utuh, akan tetapi secara terpisah-pisah sehingga mereka akan merasa bingung. Apalagi jika tidak didukung dengan keterampilan guru yang baik dalam menyampaikan materi.
Melihat berbagai kontroversi di atas memang setiap perubahan yang akan dilakukan pasti akan menimbulkan pendapat-pendapat yang tidak singkron dari berbagai kalangan. Meskipun demikian, kurikulum yang baru ini akan tetap diterapkan pada pertengahan tahun 2013 mendatang, pendekatan berbasis tematik integratif yang ditawarkan tetap diapresiasi.
Saat ini publik sedang menantikan perubahan seperti apa dan apa yang akan ditawarkan dalam kurikulum baru serta dampak apa yang bisa diharapkan pada keluaran sistem pendidikan ke depan, sebagai akibat dari intervensi pemerintah melalui pengembangan kurikulum ini.
Disini penulis, kurang setuju dengan apa yang akan dicanangkan pada kurikulum 2013. Rencana pemerintah yang akan menerapkan Kurikulum 2013 terkesan di paksakan dan menunjukkan sikap terburu-buru. Hal ini menunjukkan arogansi pemerintah di dunia pendidikan yang bahkan disetiap tahunnya, kurikulum selalu berubah. Tindakan ini menunjukkan tiadanya konsep yang memang bisa menjadikan pendidikan lebih maju. Karena ada ketidak cocokan antara pihak pelaku (pelajar) dan fasilitator (Pemerintah dan guru).
Penyusunan kurikulum 2013 ini juga tidak didasarkan kajian yang mendalam dan transparan terhadap situasi yang menjadi alasan kuat perlunya kurikulum 2013. Rumusannya amat sangat normatif berdasarkan spekulasi tanpa dukungan hasil riset dan uji coba inovasi dilapangan. Disini guru juga tidak dilibatkan secara langsung dalam penyusunan kurikulum 2013. Sehingga banyak guru yang kurang paham mengenai apa isi dan perubahan kurikulum yang akan dicanangkan tersebut, baik yang berhubungan dengan pengajaran maupun konsep kerjanya.
Pada Kurikulum yang sebelumnya model KTSP memberi peluang bagi guru dengan harapan model KTSP dapat menjadi pedoman bagi guru dalam menyusun silabus yang sesuai dengan kondisi sekolah dan potensi daerah masing-masing. Dimana sekolah diberikan kewenangan untuk mengambil keputusan berkenaan dengan pengelolaan pendidikan. Sedangkan pada kurikulum 2013 nanti perencanaan maupun penyusunan silabus serta dalam hal penyusan dan penerbitan buku pelajaran ditentukan dan dilakukan oleh pemerintah pusat. Sehingga kurikulum ini bersifat sentralisasi, bukan desentralisasi lagi.
Jika hal itu demikian, disini akan lahir generasi robot yang hanya tinggal menggerakkan sesuai dengan apa yang telah dijalankan oleh pemerintah. Karena semua buku pegangan akan diseragamkan . Guru pun dibekali buku pegangan yang sama. Strategi, metode, model, bahkan langkah-langkah pembelajarannya sudah tersusun secara rinci dalam buku pegangan itu. Guru hanya tinggal melaksanakan apa yang tersurat dalam buku pegangan. Jika hal ini terjadi maka guru yang dipersalahkan karena gagal dalam mendesain dan melaksanakan pembelajaran dengan baik.
Selain itu, di sisi lain penyeragaman buku teks tersebut dapat menyebabkan matinya kreatiivitas, baik bagi guru maupun peserta didik. Nilai-nilai kearifan dan genius lokal yang akan dicapai dapat menguatkan dan menumbuhkan karakter serta kepribadian siswa justru hilang dan sulit dikembangkan dalam proses pembelajaran. Perjalanan pendidikan akan semakin stagnan karena peserta didik tidak dibudidayakan untuk bersikap kritis dan kreatif.
Namun, pada sisi yang lain, penyeragaman buku teks bisa menyebabkan terjadinya kemandulan kreativitas, baik bagi guru maupun peserta didik. Nilai-nilai kearifan dan genius lokal yang diharapkan mampu meneguhkan dan menguatkan karakter serta kepribadian siswa justru makin tercerabut dan sulit dikembangkan dalam proses pembelajaran. Pada sisi ini, penyeragaman buku teks hanya akan melahirkan generasi “robot” yang serba patuh dan penurut. Guru dan siswa menganggap apa yang tersurat dalam buku teks dan buku pegangan guru ibarat “kitab suci” yang tabu dibantah dan diperdebatkan. Imbasnya, dinamika keilmuan akan makin “stagnan” karena peserta didik tidak dibudayakan untuk bersikap kritis dan kreatif.
Sedangkan mengenai jumlah mata pelajaran, pada kurikulum 2013 nanti akan dikurangi dengan maksud mengurangi beban belajar siswa, namun muatannya berlipat ganda karena mengikuti alur pikiran dari kompetensi inti dan jumlah jam pelajaran perminggu ditambah. Disini akan sangat berdampak bagi siswa karena beban belajarnya akan semakin berlipat ganda. Selain itu, rumusan dari kompetensi tersebut tidak didasarkan dari kajian yang mendalam, hasil survei maupun inovasi. Disisi lain yaitu mengenai ketidak koheren antara hubungan kompetensi inti dan kompetensi dasar dalam mata pelajaran sehingga akan berdampak pada meningkatnya kepadatan kompetensi dan materi pada tiap mata pelajaran.
Dalam setiap kurikulum memang terdapat kekurangan dan kelebihan yang akan dirasakan. Kita sebagai calon guru hanya berharap saja semoga pembenahan kurikulum yang akan dicanangkan dapat menjaring seluruh pihak guru untuk terlibat dalam penyusunan kurikulum 2013 mendatang. Dan sebelum kurikulum ini dicanangkan pemerintah sebaiknya mendengar opini-opini dari berbagai kalangan.

Apapun kurikulumnya yang jelas kami sebagai guru maupun calon guru menginginkan yang terbaik bagi murid dan pendidikan di Indonesia, semoga alasan pemerintah mengganti kurikulum ini tidak ditungganggi dengan kepentingan yang sepihak. 
Majulah pendidikan di Indonesia...

Bagi anda para guru, kami tawarkan jas koko terbaru yang enak dipandang nyaman dipakai ane tawarkan dengan harga spesial di toko online jas koko.