Tampilkan postingan dengan label teknologi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label teknologi. Tampilkan semua postingan

Selasa, 16 April 2013

Keterkaitan Teknologi dengan Islam

Zaman kian hari semakin berkembang begitupun dengan perkembangan teknologi. Zaman dahulu kabar dari suatu daerah atau negri tak dapat kita tahu tentangnya ataupun kita dapat tahu tentangnya, akan tetapi memerlukan waktu yang lama. Berbeda dengan zaman sekarang begitu mudahnya kita mengetahui berbagai informasi, hitungan detik saja kita sudah menemukan beribu – ribu informasi. Itulah bukti kemajuan teknologi di zaman ini.

Salah satu karakteristik Islam yang membedakan dengan ajaran lainnya adalah syumul. Islam adalah agama samawi yang menjamah seluruh aspek-aspek kehidupan. Sifatnya yang menyeluruh membuat tidak ada sudut sekecil apapun yang tidak dapat disentuh oleh nilai-nilai Islam. Begitu pula dengan teknologi, dalam hal ini Islam juga berperan besar dalam kemajuannya, pengembangannya, sampai pada pengawasannya. Salah besar jika kita meganggap teknologi bukan bagian dari Islam ataupun Islam tidak membahas mengenai teknologi.

Islam tidak hanya mengajarkan ilmu-ilmu keagamaan seperti tafsir, hadist, fiqih, dan yang lainnya. Islam juga mencakup segala ilmu yang ada, mulai dari bakteri terkecil hingga pergerakan semesta alam melalui ilmu astronominya. Bahkan telah banyak ahli-ahli keilmuan Islam ataupun teori-teori ilmuan Islam yang menjadi dasar atau panduan bagi ilmuan-ilmuan Eropa. Namun tidak saat ini, Islam telah kehilangan ruh keislamannya, umat saat ini telah lupa akan hal ini, mereka terlalu sibuk memikirkan diri sendiri, memikirkan ibadah vertikal saja. Teknologi saat ini sudah tidak mencerminkan nilai-nilai keislaman yang dulu dilahirkan para ilmuan kita. Bahkan sudah banyak kita lihat teknologi yang disalahgunakan manfaatnya dimana-mana.

Inilah permasalahan dalam dunia teknologi kita. Dimana dengan adanya teknologi justru menimbulkan ketidakseimbangan lingkungan di sekitar kita. Hal ini terjadi saat teknologi telah keluar dari fungsi dan manfaat sebenarnya. Hal ini terjadi saat moral-moral para pembuat ataupun pengguna telah mengalami kemerosotan. Mereka terlalu tamak sehingga memakai teknologi sebagai alat pemuas mereka tanpa memikirkan dampaknya.

Sudah saatnyalah kita mengembalikan teknologi pada jalur yang sebenarnya. Jalur dimana Islam secara menyeluruh ataupun nilai-nlainya tertanam kuat dalam dunia teknologi kita. Sebuah Islamisasi ilmu dan pengetahuan kiranya dapat menjadi obat untuk permasalahan diatas. Bukanlah tidak mungkin untuk menerapkan sebuah konsep Islam dalam dunia teknologi bukan hanya sebagi pengerem kerusakan yang lebih banyak ditimbulkannya, tetapi juga demi terwujudnya kebangkitan umat islam.

Kunci utamanya terletak pada manusia-manusianya, pada kader-kader kita, pemuda-pemuda yang nantinya akan banyak berperan di bidangnya masing-masing. Diharapkan, kita tidak hanya mempelajari ilmu keduniannya saja, ilmu keilmiahan, teknologi, ataupun sejenisnya. Perlu pula sebuah pendalaman terhadap aqidah kita, perbaikan terhadap akhlak, serta ilmu keislaman lainnya secara menyeluruh. Ataupun sebaliknya, jangan sampai kita terlena, tersibukkan pada penghambaan diri kita kepada Yang Maha Esa sampai-sampai kita melupakan ilmu-ilmu yang akan bermanfaat bagi kemaslahatan umat di dunia.

Bukankah sebenarnya Islam dan Teknologi merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Pertama kali Islam diturunkan, telah tersirat jelas bahwa Islam juga menganjurkan umatnya untuk belajar, mempelajari apa yang ada di alam ini, dan memanfaatkannya demi kepentingan umat.

Andai kata sains bukan bangunan intelektual yang unik, seperti yang diperankan dewasa ini, andaikan sejarah sains bukan sejarah gerakan yang berulang-ulang menuju kebenaran alam semesta, tapi lebih sebagai sejarah bangunan beraneka ragam realitas sosial yang disampaikan melalui sains, ilmuwan, dan masyarakat, maka muncul kemungkinan sains Islam yang terdiri dari satu, atau mungkin lebih, rangkaian aspek-aspek alam semesta yang multidimensia yang kesemuanya itu diilhami oleh esensi masyarakat Islam (Gyln Ford, dalam Sardar, The Touch of Mirdas)

Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang biasa kita kenal dengan IPTEK merupakan anak dari sebuah budaya sebagai produk manusia. Dalam sejarah perkembangan manusia itu sendiri, budaya telah mengalami perkembangan dan perubahan sesuai dengan tingkatan dari umat manusia itu sendiri. Pun begitu dengan Iptek.

Tidak ada yang harus dipersalahkan jika budaya masa lalu mengalami ketertinggalan dibandingkan dengan budaya masa kini. Itulah fakta yang harus dicari makna tersembunyi di balik perkembangan tersebut.

Di setiap perkembangan budaya selalu terdapat motivasi dasar yang dijadikan sumber inspirasi dalam mengembangkan budaya tersebut. Inilah sistem nilai yang mana akan sangat menentukan dalam memandang, mengembangkan, dan memanfaatkan sebuah budaya.

Dewasa ini, kita melihat dampak penerapan iptek yang bersifat aksidental, antara lain ledakan pabrik kimia, ledakan perusahaan nuklir, kerusakan lingkungan, bioteknologi yang memasuki rekayasa genetika pada manusia dan binatang yang terkait dengan halal haram, dan tentu hal lainnya yang terkait dengan nilai moralitas.

Harus diakui, Iptek juga memberikan kontribusi positif terhadap kehidupan umat manusia. Tapi yang menarik, mengapa di balik nilai positif tersebut terkadang memberikan kemudharatan yang sangat besar. Adakah kesalahan fundamental dalam pengembangannya? Dari sinilah mulai berkembang tentang pentingnya aspek moralitas, sehingga dirasa perlu untuk mencari paradigma baru dalam pengembangan Iptek.

Empat abad silam, kajian Iptek lebih banyak diarahkan ke kajian yang bersifat mencari kebenaran (absolut) dari temuan-temuan Iptek. Namun dewasa ini kajian Iptek lebih diarahkan untuk menentukan batas-batas aplikapabilitas (kemungkinan dapat diterapkannya) produk Iptek. Inilah yang membuatnya jadi lebih fragmatis.

Iptek sendiri memiliki peranan besar dalam menentukan keberhasilan perjalanan peradaban suatu bangsa, dan saintek itu sendiri merupakan anak dari suatu budaya. Muhammad SAW pun pernah mengungkapkan bahwa barang siapa yang ingin meraih kehidupan ukhrowi maka dia harus menguasai ilmu, dan kalau ingin berhasil dalam kehidupan duniawi dan ukhrowi, diapun harus menguasai ilmu.

Suatu saat Prof Mohammad Abdus Salam, penerima Nobel bidang Ilmu Fisika Atom mengatakan, tidak diragukan lagi bahwa dari seluruh peradaban di planet ini, sains menempati yang paling lemah di dunia Islam. Tidak berlebihan jika dikatakan kelemahan ini berbahaya karena kelangsungan hidup suatu masyarakat abad ini secara langsung tergantung pada penguasaannya pada Iptek. Tanpa bermaksud mempertuhankan Iptek, pengungkapan Prof Abdus Salam dalam penganatar bukunya tersebut menarik untuk direnungkan dan dicermati.

Addinul Islam termasuk di dalamnya syariat Islam semuanya bersumber pada Alquran dan Assunnah. Alquran punya peran sebagai hudanlinnas (hidayah/petunjuk bagi manusia) yang menyangkut seluruh kehidupan manusia dan alam semesta (QS Al-An’am : 38) “dan tidak ada seekor binatangpun yang ada di bumi dan burung – burung yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan semuanya merupakan umat – umat ( juga ) seperti kamu. Tidak ada sesuatupun yang kami luputkan didalam Kitab”. Muara dari Addinul Islam itu ada pada sistem ajaran ketauhidan. Inti dari ketauhidan tersebut adalah, Tiada Tuhan Selain Allah dan keberadaan manusia di muka bumi sebagai khalifah yang sekaligus sebagai hamba yang harus senantiasa beribadah kepada Allah.

Dalam konteks inilah seluruh aktivitas manusia harus memberikan manfaat bagi seluruh alam dan harus dipertanggung jawabkan kepada Allah. Maka dalam Addinul Islam, pengembangan ilmu pengetahuan merupakan implementasi dari ibadah, tugas dari khalifah yang dijiwai dengan nilai-nilai ketauhidan. Tujuan pengembangan ilmu pengtahuan pun harus mampu meningkatkan keadilan dan kemaslahatan dan dalam waktu bersamaan mampu menekan atau meredam kezaliman dan kecerobohan.

Seringkali ukuran yang dipakai dalam mengukur keberhasilan penguasaan dan penerapan Iptek semata didasarkan pada peningkatan nilai tambah ekonomis. Sehingga bila penguasaan dan penerapan Iptek tersebut tidak memberikan makna nilai tambah ekonomis akan dianggap gagal.

Secara filosofis, keberadaan teknologi dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan umat manusia yang sifatnya selalu berubah dan berkembang. Sehingga jawaban yang mungkin terhadap pertanyaan itu adalah terletak pada “kebijakan” dalam penguasaan dan penerapan teknologi.

Apa yang terjadi di Indonesia semisal, akhir-akhir ini menunjukkan penguasaan Iptek pada produk-produk dasar yang menyangkut hajat rakyat banyak belum dikuasai secara menyeluruh, sehingga untuk membuat produk akhir yang siap memasuki pasar masih tergantung dari negara lain. Kalaupun tidak demikian, justru bahan dasar produknya yang masih tergantung dan lebih ironis lagi, bahan baku dari bahan dasar tersebut kita miliki sumbernya.

Jadi, sebenarnya tidak perlu diragukan tentang peranan Iptek dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat, hanya saja yang perlu diperhatikan, pemilihan jenis teknologi yang mampu mengelola potensi dengan lebih baik. Dengan demikian, peranan Iptek bisa memberikan nilai tambah secara maksimal. Penerjemah konsep rahmatan lil ‘alamin yang tertuang dalam (QS Al-Anbiya’ : 107) “dan kami tidak mengutus engkau ( Muhammad ) melainkan untuk ( menjadi ) rahmat bagi seluruh alam” baru tercipta bila umat Islam memiliki nilai lebih (baik dalam konteks nilai tambah insani dan nilai tambah ekonomi), dan berkemampuan berpikir holistik.

Penguasaan Iptek yang bertujuan untuk meningkatkan nilai tambah yang berarti meningkatkan efisiensi pada dasarnya dapat diterjemahkan sebagai implementasi dari sikap syukur, menghindari dari perbuatan mubadzir (QS Al-Isra’ : 27) “sesungguhnya orang – orang yang pemboros itu adalah saudara setan dan setan itu sangat ingkar kepada Tuhannya”, dan laghwi mu’ridhun (QS Al-Mu’minun : 3)”dan orang yang menjauhkan diri dari ( perbuatan dan perkataan ) yang tidak berguna”. Karena tidakkah dengan dengan kemampuan Iptek yang milikinya dapat mentransformasikan potensi yang dimiliki menjadi kekuatan daya saing? Dan tidakkah ini merupakan konsep syukur? Tidakkah dengan kemampuan Iptek tersebut dapat terhindar dari inefisiensi dalam pengelolaan potensi? Tidakkah sama artinya menghindarkan kemubadziran? Tidakkah dengan kentalnya Iptek dihasilkan kesadaran berprestasi yang perfeksi, sebagai terjemahan dari Ahasanu ‘Amala (QS Al-Mulk : 2)”yang menciptakan mati dan hidup, untuk menguji kamu, siapa diantara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Mahaperkasa, Mahapengampun”.

Dari pertanyaan itu semua, telah menunjukkan pentingnya perpaduan antara kekuasaan Iptek yang dilandasi kekuatan Iman dan Taqwa (Imtaq).

Senin, 08 April 2013

Perkembangan Teknologi dan Pengaruhnya Terhadap Kualitas SDM dan Kehidupan


Teknologi merupakan suatu hal yang tidak bias dipisahkan dari kehidupan kita sehari-hari. Dalam menjalankan tugas kita sehari-hari kita dbantu dengan adanya teknologi, yang dapat mempermudah dalam menyelesaikan pekerjaan kita sehari-hari.
Beda halnya dengan zaman dahulu yang mana belum ada teknologi seperti zaman sekarang. Kita ketahui pada zaman Rasulullah ketika beliau hijrah dari Makkah ke Madinah dengan sahabatnya, berjarak kurang lebih sejauh 400 km ditempuh dengan menggunakan unta sehingga memerlukan waktu berbulan-bulan untuk sampai ke Madinah. Kemudian laluluntas informasi kala itu berjalan dengan sangat lambat, untuk mengetahui kejadian yang terjadi diwilayah tersebut saja baru dapat diketahui dalam jangka waktu yang tidak bias dibilang sebentar bahkan bias berbulan-bulan lamanya. Kemudian pada waktu itu belum ada listrik, penerangan lampu, pompa air otomatis, televise, computer apalagi internet dan berbagai teknologi lainnya.
Keadaan seperti itu membuat orang-orang yang hiup pada zaman itu harus bekerja keras untuk dapat menyelesaikan pekrjaan-pekerjaan mereka. Mereka akan lebih banyak bergerak dan lebih giat dibandingkan zaman sekarang yang hanya berleha-leha diatas kasur dengan HPnya yang hanya menghabiskan waktu untuk chattingan atau facebookan. Untuk mendapatkan air yang bersih kita hanya perlu alat penyaring air, untuk mendapatkan sepiring nasi kita hanya tahuyang namanya magic com, magic jar tanpa kita tahu proses yang sebenarnya.
Berikut penulis akan paparkan dampak yang terjadi dari perkembangan teknologi dizaman ini.
Zaman serba instan membuat :
Daya tahan tubuh kita lemah
Berfikir yang instan-instan
Contoh : seorang anak yang sedang mengerjakan ulangan sekolahnya lebih memilih jalan pintas yaitu mencontek daripada harus menghafal dengan sungguh-sungguh.
Minimnya etika dan moral
Contoh: seorang anak hanya memperhatikan HP yang ada digenggamannya daripada harus membantu oarng tuanya
- Bebasnya penggunaan internet  membuat seseorang lebih leluasa dalam memenuhi hawa nafsunya
Kriminalitas terjadi dimana-mana
Contoh : pencurian, pencopetan, perzinahan, coret-coret didinding dan lain sebagainya.
Menurunnya kepekaan lingkungan
Menurunnya kesadaran berpartisipasi
Contoh  : orang yang sehari-harinya hidup dengan teknologi kurang bersosialisasi dengan masyarakat sekitar,sehingga membuat kurang kesadaran dalam berpartisipasi dan kepekaan lingkungan.
Pada kenyataannya kita tidak bias menolak atau kontra pendapat akan kehadiran dan perkembangan teknologi, karena memang perkembangan teknologi sudah banyak berperan dalam membantu menyelesaikan masalah-masalah atau pekerjaan kita sehari-hari, namun disisi lain perkembangan teknologi berdampak negative bagi kehidupan kita.untuk itu perlu ada kesadaran dari dirikita agar tidak terlalu bergantung pada teknologi tersebut dan bias berdampak negatif  bagi kita. Pada intinya jika kita menggunakan dengan benar dan semestinya, maka akan berdampak positif bagi kita. Sebaliknya penggunaan teknologi yang salah dan tidak semestinya, maka akanberdampak negatif bagi kita.
Terakhir, bimbingan agama tidak bias terlepas dari seluruh permasalahan yang terjadi di dunia ini, agar kita bias tergolong dalam insan ulul albab.

Cep Gilang & Fityan
X Mu’allimien
Pesantren Persatuan Islam 67 Benda
Kota Tasikmalaya

Minggu, 24 Maret 2013

Layanan Google Reader Akan Dihentikan pada 1 Juli 2013

Google baru-baru ini mengumumkan bahwa mereka secara resmi menghentikan layanan Google Reader. Penghentian layanan tersebut pun akan mulai secara resmi efektif pada 1 Juli 2013.
Dalam pernyataan resminya, Google mengatakan bahwa sebenarnya Google Reader masih memiliki pengguna yang loyal. Sayangnya, mereka mengakui baha pengguna layanan ini terus mengalami penurunan dari waktu ke waktu.
Selanjutnya, pihak Google memang sengaja untuk memberi waktu kepada para pelanggannya untuk menggunakan layanan ini hingga 1 Juli mendatang. Dengan waktu selama tiga bulan, mereka berharap agar para pengguna layanan Google Reader memiliki waktu yang cukup untuk mengekspor data.
Mengenai pengganti Google Reader, pihak Google juga telah menyarankan beberapa aplikasi serupa. Untuk pengguna BlackBerry, mereka menyarankan agar memakai aplikasi berbasis HTML5. Selain itu terdapat pula aplikasi serupa Google Reader seperti Feedly atau Reedy.
Alan Green, selaku Software Engineer Google mengumumkan lewat blog resmi Google reader, dimana layanan Google reader yang merupakan salah satu layanan RSS Reader online tersebut akan dihentikan mulai bulan Juli 2013 mendatang.
Penutupan layanan Google Reader ini cukup beralasan mengingat pengguna dari layanan ini kian hari terus menurun dan Google akan lebih fokus ke bisnis inti yang selama ini mereka buka.
Jika anda memiliki akun di Google reader, anda bisa melakukan backup terhadap semua data seperti situs mana saja yang anda ikuti dan semua data folower serta folowing dan juga notes akan dapat dibackup melalui layanan Google Takeout. Untuk selanjutnya, data backup (yang berupa file JSON) tadi bisa di-import ke layanan lain yang ada.
Diambil dari berbagai Sumber.
Sumber Utama:  Google Takeout

Kamis, 21 Maret 2013

Fakta Besar Tentang Keajaiban Ka’bah

Ka’bah, baetullah, rumah Allah sejuta umat muslim merindukan berkunjung dan menjadi tamu-tamu Allah SWT. Kiblatnya (arah) umat muslim dalam melaksanakan solat, dari mana-mana negara semua ibadah solat menghadap ke kiblat ini.Ternyata Bukan GMT Bukan Di Greenwich, Tapi Di Ka'bah telah terbukti sebagai Fakta Ilmiah.

Istilah Ka’bah adalah bahasa Al-Qur’an dari kata “ka’bu” yang artinya “mata kaki” atau tempat kaki berputar bergerak untuk melangkah. Ayat 5/6 dalam Al-qur’an menjelaskan istilah itu dg “Ka’bain” yg bererti ‘dua mata kaki’ dan ayat 5/95-96 mengandungi istilah ‘ka’bah’ yang Artinya nyata “mata bumi” atau “sumbu bumi” atau kutub pusingan utara bumi.

Neil Amstrong telah membuktikan bahwa kota Mekah adalah pusat dari planet Bumi. Fakta ini telah diteliti melalui sebuah penelitian Ilmiah.

Ketika Neil Amstrong untuk pertama kalinya melakukan perjalanan ke luar angkasa dan mengambil gambar planet Bumi, dia berkata, “Planet Bumi ternyata menggantung di kawasan yang sangat gelap, siapa yang menggantungnya?.”
Para astronot NASA kini telah menemukan bahawa planet Bumi itu mengeluarkan semacam radiasi, secara resmi mereka mengumumkannya di Internet, tetapi sayang nya 21 hari kemudian website tersebut ghaib yang sepertinya ada alasan tersembunyi di sebalik penghapusan website tersebut.
Setelah melakukan kajian lebih lanjut, ternyata radiasi tersebut berpusat di kota Mekah, tepatnya berasal dari Ka’bah. Yang mengejutkan adalah radiasi tersebut bersifat infinite (tidak berujung), hal ini dibuktikan ketika mereka mengambil foto planet Mars, radiasi tersebut masih berlanjut terus.

Para penyelidik Muslim mempercayai bahawa radiasi ini mempunyai ciri-ciri dan menghubungkan antara Ka’bah di planet Bumi dengan Kaabah di alam akhirat.

Makkah Pusat Bumi Prof. Hussain Kamel mencari suatu fakta mengejutkan bahawa Makkah adalah pusat bumi. Pada mulanya ia meneliti suatu cara untuk menentukan arah kiblat di kota-kota besar di dunia.

Untuk tujuan ini, ia menarik garis-garis di atas peta, dan sesudah itu ia mengamati dengan saksama kedudukan ketujuh benua terhadap Makkah dan jarak masing-masing. Ia memulai untuk menggambar garis-garis sejajar hanya untuk memudahkan unjuran garis bujur dan garis lintang.

Setelah dua tahun dari pekerjaan yang sukar dan berat itu, ia dibantu oleh program-program komputer untuk menentukan jarak-jarak yang benar dan variasi-variasi yang berbeda, dan banyak hal lainnya. Ia kagum dengan apa yang ditemui, bahawa Makkah merupakan pusat bumi.

Ia menyedari kemungkinan menggambar suatu lingkaran dengan Makkah sebagai titik pusatnya, dan garis luar lingkaran itu adalah benua-benuanya. Dan pada masa yang sama, ia bergerak bersamaan dengan keliling luar benua-benua tersebut. (Majalah al-Arabiyyah, edisi 237, Ogos 1978).
Gambar-gambar Satelit, yang muncul kemudian pada tahun 90-an, menekankan hasil yang sama ketika kajian-kajian lebih lanjut mengarah kepada topografi lapisan-lapisan bumi dan geografi waktu daratan itu diciptakan.

Telah menjadi teori yang mapan secara ilmiah bahawa lempengan-lempengan bumi terbentuk selama usia geologi yang panjang, bergerak secara teratur di sekitar lempengan Arab. Lempengan-lempengan ini terus menerus memusat ke arah itu seolah-olah menunjuk ke Makkah.
Kajian ilmiah ini dilaksanakan untuk tujuan yang berbeda, bukan dimaksud untuk membuktikan bahwa Makkah adalah pusat dari bumi. Bagaimanapun, kajian ini diterbitkan di dalam banyak majalah sains di Barat. Allah berfirman di dalam al-Quran al-Karim sebagai berikut:
‘Demikianlah Kami wahyukan kepadamu Al-Quran dalam bahasa Arab, supaya kamu memberi peringatan kepada Ummul Qura (penduduk Makkah) dan penduduk (negeri-negeri) sekelilingnya ..’ (Asy-Syura: 7)
Kata ‘Ummul Qura’ berarti induk bagi kota-kota lain, dan kota-kota di sekelilingnya menunjukkan Makkah adalah pusat bagi kota-kota lain, dan yang lain hanyalah berada di sekelilingnya. Lebih dari itu, kata ummu (ibu) mempunyai erti yang penting di dalam kultur Islam.

Sebagaimana seorang ibu adalah sumber dari keturunan, maka Makkah juga merupakan sumber dari semua negeri lain, sebagaimana dijelaskan pada awal kajian ini. Selain itu, kata ‘ibu’ memberi Makkah keunggulan di atas semua kota lain.

Makkah atau Greenwich
Berdasarkan pertimbangan yang saksama bahwa Makkah berada tengah-tengah bumi sebagaimana yang dikuatkan oleh kajian-kajian dan gambar-gambar geologi yang dihasilkan satelit, maka benar-benar diyakini bahawa Kota Suci Makkah, bukan Greenwich, yang seharusnya dijadikan rujukan waktu dunia. Hal ini akan mengakhiri kontroversi lama yang bermula empat dekad yang lalu.

Ada banyak perbalahan ilmiah untuk membuktikan bahawa Mekah merupakan wilayah kosong bujur sangkar yang melalui kota suci tersebut, dan ia tidak melewati Greenwich di Britain. GMT dipaksakan pada dunia ketika majoriti negeri di dunia berada di bawah jajahan Inggeris. Jika waktu Makkah yang diterapkan, maka mudah bagi setiap orang untuk mengetahui waktu solat.

Makkah adalah Pusat dari lapisan-lapisan langit

Ada beberapa ayat dan hadits nabawi yang menyiratkan fakta ini. Allah berfirman, ‘Hai golongan jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya melainkan dengan kekuatan.’ (Ar-Rahman: 33)

Kata aqthar adalah bentuk jamak dari kata ‘qutr’ yang bererti dia, dan ia merujuk pada langit dan bumi yang mempunyai banyak diameter.

Dari ayat ini dan dari beberapa hadis dapat difahami bahawa diameter lapisan-lapisan langit itu di atas diameter bumi (tujuh lempengan bumi). Jika Mekah berada di tengah-tengah bumi, maka itu bererti bahawa Mekah juga berada di tengah-tengah lapisan-lapisan langit.

Selain itu ada hadis yang mengatakan bahawa Masjidil Haram di Makkah, tempat Ka’bah berada itu ada di tengah-tengah tujuh lapisan langit dan tujuh bumi (maksudnya tujuh lapisan yang membentuk bumi)

Penjelasan Tentang Ka’bah dalam Al-Qur'an:

"Allah-lah Yang meninggikan langit tanpa tiang (sebagaimana) yang kamu lihat, kemudian Dia bersemayam di atas 'Arasy, dan menundukkan matahari dan bulan. Masing-masing beredar hingga waktu yang ditentukan. Allah mengatur urusan (makhluk-Nya), menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya), supaya kamu meyakini pertemuan (mu) dengan Tuhanmu" (Q.S 13:2).
Keajaiban ka'bah
Para astronot telah menemukan bahwa planet Bumi itu mengeluarkan semacam radiasi, secara resmi mereka mengumumkannya di Internet, tetapi sayang nya 21 hari kemudian website tersebut raib yang sepertinya ada alasan tersembunyi dibalik penghapusan website tersebut.
Setelah melakukan penelitian lebih lanjut, ternyata radiasi tersebut berpusat di kota Mekah, tepatnya berasal dari Ka’Bah. Yang mengejutkan adalah radiasi tersebut bersifat infinite ( tidak berujung ), hal ini terbuktikan ketika mereka mengambil foto planet Mars, radiasi tersebut masih berlanjut terus. Para peneliti Muslim mempercayai bahwa radiasi ini memiliki karakteristik dan menghubungkan antara Ka’Bah di planet Bumi dengan Ka’bah di alam akhirat.
Di tengah-tengah antara kutub utara dan kutub selatan, ada suatu area yang bernama ‘Zero Magnetism Area’, artinya adalah apabila kita mengeluarkan kompas di area tersebut, maka jarum kompas tersebut tidak akan bergerak sama sekali karena daya tarik yang sama besarnya antara kedua kutub.

Hajar AswadItulah sebabnya jika seseorang tinggal di Mekah, maka ia akan hidup lebih lama, lebih sehat, dan tidak banyak dipengaruhi oleh banyak kekuatan gravitasi. Oleh sebab itu lah ketika kita mengelilingi Ka’Bah, maka seakan-akan diri kita di-charged ulang oleh suatu energi misterius dan ini adalah fakta yang telah dibuktikan secara ilmiah.

Penelitian lainnya mengungkapkan bahwa batu Hajar Aswad merupakan batu tertua di dunia dan juga bisa mengambang di air. Di sebuah musium di negara Inggris, ada tiga buah potongan batu tersebut (dari Ka’Bah) dan pihak musium juga mengatakan bahwa bongkahan batu-batu tersebut bukan berasal dari sistem tata surya kita.

Sabda Rasulullah:
Dalam salah satu sabdanya, Rasulullah SAW bersabda :
"Hajar Aswad itu diturunkan dari surga, warnanya lebih putih daripada susu, dan dosa-dosa anak cucu Adamlah yang menjadikannya hitam"

Selasa, 05 Maret 2013

Teknologi Sidik Jari untuk Mengenal Potensi Remaja

Teknologi ternyata dapat menentukan nasib dan menuntun remaja ke masa depan yang mereka tuju. Dalam hal ini menentukan nasib bukan dengan cara meramal seperti yang dilakukan dukun atau peramal, namun dengan memprediksi potensi kecerdasan, minat, dan bakat melalui finger print (alat peneliti kecerdasan melalui sidik jari). Dewasa ini, banyak cara yang dilakukan untuk mengetahui potensi kecerdasan, minat, dan bakat seseorang, namun belum dapat diketahui secara maksimal seperti melalui tes psikotes, tes potensi akademik, dan lain-lain. Akan tetapi, ada cara yang lebih efektif untuk mengetahui potensi kecerdasan, minat, dan bakat seseorang yaitu tes sidik jari kecerdasan dengan menggunakan alat yang bernama finger print, alat ini akan mendeteksi potensi kecerdasan, minat, dan bakat seseorang melalui sidik jari. Manfaat dari alat ini tentu sangat dirasakan berbagai kalangan terutama remaja. Melalui tes sidik jari kecerdasan ini, remaja yang masih duduk di bangku SMP dapat mengetahui potensi kecerdasan, minat, dan bakatnya. Selain itu, melalui alat tersebut dapat mengetahui kegiatan ekstrakurikuler yang sesuai diinginkan remaja tersebut, karena melalui kegiatan ekstrakurikulerlah bakat remaja dapat tersalurkan. Saat ini, banyak remaja yang mempunyai bakat di bidang seni maupun olahraga yang belum tertampung. Untuk menampung bakat remaja, di sekolah dibentuk kegiatan ekstrakurikuler, seperti Pramuka, PMR (Palang Merah Remaja), Paskibra, Merpati Putih, Pencinta Alam, Sepak Bola, Bola Voli, Basket, dan lain-lain. Jika sudah mengikuti kegiatan ekstrakurikuler remaja dapat menyalurkan bakatnya dan dapat meraih prestasi yang membanggakan. Prestasi tersebut diraih bila didalam jiwa remaja tertanam semangat yang tak pernah terpadamkan. Prestasi yang diraih remaja di bidang olahraga atau seni dapat dijadikan pertimbangan untuk masuk SMA atau Pertimbangan Masuk Kuliah di Perguruan Tinggi melalui jalur prestasi.

Bagi remaja yang duduk di bangku SMA dan perguruan tinggi, alat ini juga dibutuhkan untuk mengetahui minat remaja melalui penjurusan. Saat ini penjurusan di SMA dibagi menjadi tiga, yaitu IPA (Ilmu Pengetahuan Alam), IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial), dan Bahasa. Ketiga pilihan penjurusan tersebut menjadikan remaja bingung dalam memilih jurusan sesuai dengan minat dan tingkat kecerdasan yang dimiliki remaja. Saat ini, baru melalui tes psikotes dapat diketahui potensi minat dan tingkat kecerdasan remaja. Akan tetapi, baru-baru ini melalui finger print dapat diketahui minat dan tingkat kecerdasan remaja. Dengan begitu guru dapat mengarahkan siswa untuk memilih program penjurusan yang dituju dan sesuai dengan minat dan tingkat kecerdasan siswa tanpa harus ada paksaan.

Disamping itu, melalui alat ini dapat diketahui potensi akademik remaja tanpa melalui tes seperti yang biasa dilakukan. Saat ini, melalui TPA (Tes Potensi Akademik) dapat diketahui potensi akademik remaja untuk melanjutkan ke perguruan tinggi. Akan tetapi, tes tersebut belum maksimal karena remaja bisa saja dalam menjawab soal tidak jujur. Tentu perilaku tidak jujur remajalah yang dapat menghalangi tujuan mereka tersebut. Untuk itu, dibutuhkan transparansi (keterbukaan) dalam hal ini. Solusinya, menggunakan finger print-lah potensi akademik remaja dapat diketahui dan guru pun dapat mengarahkan remaja pada Perguruan Tinggi dan fakultas yang sesuai dengan potensi akademik remaja.

Dapat diketahui teknologi saat ini memang sangat berpengaruh pada kehidupan manusia terutama remaja. Teknologi banyak memberikan sisi positif pada kehidupan remaja. Banyak manfaat yang didapat dari kemajuan teknologi bagi para remaja sehingga teknologi kian mewarnai kehidupan remaja. Seharusnya remaja tidak hanya menggunakan teknologi tetapi remaja harus memberikan timbal balik pada teknologi layaknya simbiosis mutualisme antara lebah dan bunga. Remaja sepantasnya menciptakan teknologi yang baru dan dapat di nikmati oleh generasi berikutnya. Selain itu, hadirnya teknologi bukan membuat remaja memanfaatkan untuk hal-hal yang tidak bermanfaat melainkan untuk menunjang remaja dalam menuntut ilmu, karena teknologi diciptakan harus beriringan dengan pendidikan. Saat ini banyak remaja yang pandai dalam bidang teknologi, namun tidak dibarengi pandai dalam belajar. Kondisi ini jika dibiarkan maka akan berpengaruh pada kualitas SDM (Sumber Daya Manusia) di negara kita. Untuk itu, dari remajalah yang memulai untuk menaruh porsi yang sama antara pendidikan dan teknologi. Teknologi memang sangat diperlukan untuk kehidupan manusia terutama remaja, namun harus diiringi dengan pendidikan.

Minggu, 03 Maret 2013

Antara Sains, Teknologi dan Peradaban

Descartes disaat awal merumuskan konsep Geometri Analitisnya mungkin tidak berfikir tentang implikasi moral dan sosial dari konsepnya. Demikian juga seorang Darwin dan juga Newton. Apalagi melihat konsep reduksionisnya Descartes yang kemudian mengilhami pembagian bidang spesialisasi ilmu yang di masa peradaban Islam tidak begitu penting. Sehingga, bisa jadi pengaruh yang diberikan mereka terhadap bentuk perubahan sosial tidak begitu difikirkan mereka. Dalam kalimat lain, bentuk modernisme sebagai bentuk tatanan sosial pengganti tatanan sosial ‘abad kegelapan’ bisa jadi tidak pernah mereka fikirkan bahkan tidak pernah mereka bayangkan. Apalagi dampak negatifnya terhadap kenyataan sosial.

Bersandar dari modifikasi kebijaksanaan para geologist dengan The Present is the key to the past and the future, ‘penyesalan’ ummat manusia terhadap akhir menyakitkan dari modernisme perlu disikapi dengan bijak. Adalah sebuah kebutuhan mutlak saat ini komunitas saintis dan teknolog terus membangun bentuk pengembagan dan penerapan sains dan teknologi yang mempertimbangkan konsekuensi ekologi, moral dan sosial dari proses inovasi maupun inventory yang mereka lakukan. Karena, dalam kenyataannya teriakan para ahli ilmu sosial dan juga teolog atau ulama tidak akan banyak artinya karena sejatinya Minoritas kreatif atau nukleolus dari sel-sel pembentuk peradaban ini disadari atau tidak adalah saintis dan teknolog itu sendiri.

Namun yang cukup memprihatinkan adalah budaya pragmatis, egois bahkan tertutup (elitis) di kalangan saintis dan teknolog dunia dewasa ini. Bahkan derajat expert di kalangan saintis dan teknolog saat ini tanpa sadar telah membangun sebuah sistem feodalisme baru. Bagaimana kita bisa berharap bahwa peradaban yang akan datang akan menjadi lebih baik jika saintis dan teknolog terlalu egois dengan dirinya dan obsesinya ? Atau di sisi lain kita juga melihat realitas saintis dan teknolog yang ‘nyaman’ ketika dirinya diperalat oleh sebuah sistem politik dan kapital yang sejatinya dengan mudah bisa mereka patahkan.

Perlu kiranya dibangun sistem yang memungkinkan terbukanya kembali sekat-sekat komunikasi antara sains dan teknologi, dari fihak saintis dan teknolog tentunya, dengan disiplin ilmu dan spesialisasi lain tanpa harus memandang bidang ilmu dan kompetensi yang mungkin di dalam sistem feodalisme baru yang mereka anut dipandang lebih rendah. Disamping itu, perlu dibangun sebuah etika profetis (meminjam konsep Kuntowijoyo) di kalangan saintis dan teknolog, sebagaimana layaknya para nabi yang memandang dirinya sebagai sosok pembebebas ummat manusia dari segala penindasan, sebagai sosok yang mendedikasiakan proses inovasi dan inventory-nya untuk pembangunan kembali hakekat kemanusiaan yang nyaris musnah, dan juga sebagai para pengingat ummat manusia akan kenyataan bahwa sejatinya mereka adalah mahluk Tuhan yang tiada lain harus berbuat baik di dunia ini.Budaya runtuh karena kehilangan Fleksibilitas. Pada waktu struktur sosial dan pola perilaku telah menjadi kaku sedangkan masyarakat tidak lagi mampu menyesuaikan diri dengan situasi yang berubah, peradaban itu tidak akan mampu melanjutkan proses kreatif evolusi budayanya. Dia akan hancur dan secara berangsur mengalami disintegrasi.

Sementara peradaban-peradaban yang sedang berkembang menunjukan keberagaman dan kepandaian yang tak pernah berhenti, peradaban-peradaban yang berada dalam proses disintegrasi menunjukkan keseragaman dan kurangnya daya temu. Hilangnya flesibilitas dalam masyarakat yang mengalami disintegrasi ini disertai dengan hilangnya harmoni secara umum pada elemen-elemennya, yang mau tak mau mengarah pada meletusnya perpecahan dan kekacauan sosial.

Namun demikian, selama proses disintegrasi yang menyakitkan itu, kreativitas masyarakat -kemampuannya untuk menghadapi tantangan – tidak hilang sama sekali. Meskipun arus budaya telah menjadi beku dengan melekatkan diri pada pemikiran-pemikiran mapan dan pola-pola perilaku yang kaku, minoritas kreatif akan tetap muncul ke permukaan dan melanjutkan proses tantangan dan tanggapan itu. Lembaga–lembaga sosial yang dominan akan menolak menyerahkan peran-peran utama kepada kekuatan-kekuatan budaya baru ini, tetapi mereka mau tak mau akan tetap runtuh dan mengalami disintegrasi, dan kelompok minoritas kreatif itu mungkin akan mampu mentransformasikan beberapa elemen lama menjadi konfigurasi baru. Proses evolusi budaya ini akan terus berlanjut, tetapi berada dalam kondisi-kondisi baru dan dengan tokoh-tokoh baru pula. (dari Titik Balik Perdaban, Fritjof Capra, 1981).

Dari deskripsi Toynbee di atas, sepertinya semenjak terjadi revisi di dalam konsep Newton oleh Farady dan Maxwell melalui Teori Medan Listriknya, serta lahirnya teori Fisika Kuantum dan Relatifitas ditangan Heisenberg dan Einstein, minoritas kreatif pembentuk peradaban baru tersebut sedikit demi sedikit telah terbentuk. Bahkan setelah ada interaksi antara matematika tingkat tinggi dengan teknologi elektronika, kita kemudian mengenal bentuk aplikasi teknologi yang dikenal dengan teknologi komputer, yang jauh meninggalkan konsep mekanika newton.

Dunia kemudian juga mengenal adanya pengaruh filosofis dari konsep Fisika Kuantum terhadap realitas sosial, dimana ketika teknologi Komputer berinteraksi dengan realitas sosial, lahirlah sebuah teknologi informasi yang bergerak dalam logika Kuantum yang diprediksikan oleh Tofler akan menjadi tulang punggung bentuk peradaban baru pengganti modernisme. Kemudian kita mengenal bagaimana konsep cepat-lambat mengalami perubahan secara drastis. Juga konsep keterbatasan ruang yang bisa diatasi sehinga konsep jauh dan dekat secara filosofis juga mengalami perubahan makna. Dengan demikian jaring-jaring Cartesian akan sulit untuk mengambarkan karena konsep ruang dan waktu ini sudah berubah secara filosofis. Bahkan perbedaan konsep nyata dan imajiner yang juga kemudian di klaim oleh dunia IT akan segera teratasi akan semakin meninggalkan jaring-jaring Cartesian sebagai satu-satunya yang bisa menggambarkan kenyataan. Juga dengan berkembangnya pemetaan DNA, rekayasa genetika yang meninggalkan konsep evolusinya Darwin. Sekali lagi terbukti, pengaruh dominan Sainstis dan Teknolog ternyata masih sangat dominan untuk menentukan masa depan ummat manusia. Apalagi setelah Ilmuan Sosial Mahzab Kritis dengan Posmodernismenya terjebak dalam wacana dan definisi semata, serta para teolog dan ahli agama yang terus disibukkan dengan perdebatan liberal dan konservatifnya, disdari atau tidak para Saintis dan Teknolog akan tetap menjadi penentu arah peradaban.